Mohon tunggu...
Hayesta F. Imanda
Hayesta F. Imanda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Merasa kurang itu penyakit hati yang bentuknya adalah sifat rakus dan tamak; tak ada obatnya selain mencoba untuk merasa cukup, bersyukur dan belajar untuk berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

2 Anak Lebih, Baik

20 April 2012   10:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:22 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_183181" align="alignnone" width="606" caption="Dua Anak Lebih, Baik"][/caption] Mengucapkan kalimat "2 anak lebih, baik", plesetan dari iklan layanan BKKBN ini selalu menghadirkan senyum bersama istri. Betapa gencar pemerintah kita menyosialisasikan program KB hingga ke pelosok desa, sebagai masyarakat tentu diharapkan dapat mendukung dan bukannya malah menjadikannya lelucon. Terus terang, saya tidak setuju dengan program pembatasan jumlah anak hanya 2 orang saja. saya terlahir dari ibu yang mengikuti program KB pada awal dicanangkan tahun 1972, sesaat setelah adik perempuan saya lahir. Masa kecil kami jalani tidak seperti layaknya keluarga, karena kondisi ekonomi kami berdua terpaksa dititipkan bersama nenek di Jogja sedang ayah dan ibu mengais rejeki di Lampung Selatan sebelum akhirnya dimekarkan menjadi Tanggamus 15 tahun lalu. Keadaan itu tentu tidak membahagiakan, jauh dari orang tua dan begitupun sebaliknya bukan keadaan yang diinginkan semua keluarga. Dari pengalaman masa kecil itu, saya selalu merasa iri dengan keluarga lain yang berkumpul, terlebih dengan keluarga yang memiliki lebih dari 2 orang anak. Mungkin itu sebabnya saya mencari istri yang merupakan anak ke-8 dari 9 bersaudara, jumlah anak yang banyak untuk ukuran keluarga saat ini. Dari keluarga mertua, saya seolah mendapat ganti dari rasa kesepian masa kecil dulu, 9 bersaudara dengan cucu 38 orang menjadikan suasana saat berkumpul terasa bak pasar kaget. Sementara di keluarga saya dengan istri dan 4 orang anak plus adik bersama suaminya (kebetulan belum dikarunia anak) beserta ibu (ayah sudah meninggal, semoga Allah mengampuni dan mengasihinya), berkumpul semua pun belum bisa meramaikan suasana. Keluarga dengan banyak anak mungkin memang merepotkan, disamping ekonomi keluarga yang harus diatur dengan baik, kemungkinan timbulnya perselisihan antar anggota keluarga juga harus bisa diantisipasi dan dikelola dengan bijaksana. Tetapi itu bukan alasan untuk sepakat begitu saja dengan anjuran untuk hanya memiliki anak 2 orang, sebab kebahagiaan lantas hilang karena repotnya mengelola keluarga dengan anak banyak. Sekarang ini, di rumah saya dan istri hanya berdua. Anak-anak libur sekolah karena ada ujian nasional, lantas diajak ke rumah tantenya. Kesepian, itu kata untuk mengungkap kondisi rumah, tidak ada celoteh, teriakan, nyanyian, yang setiap hari terdengar. Rumah seolah kehilangan aura-nya, senyap. Membayangkan keadaan itu di hari tua, saat anak-anak sudah berumah tangga dan tinggal jauh, meski dekat di hati kok ya jadi "ngeri" sendiri. Pingin rasanya memiliki tambahan buah hati 2, 3, 4, 5 orang lagi. Memang, anjuran pemerintah dengan slogan 2 anak lebih baik bukan berarti pembatasan, tapi lebih kepada perencanaan kelahiran anak. Tetapi sungguh, "2 anak lebih, baik" masih jadi pilihan yang saya pandang lebih memungkinkan untuk hadirnya rasa bahagia di rumah tangga kami. Salam 2 anak lebih, baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun