Penulis :
M. Asy'ari, S.Pd, Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar FIP UNESA
Dr. Heru Subrata, M.Si, Dosen Pengampu Mata Kuliah Kebijakan dan Kepemimpinan di Pendidikan Dasar Inklusif, S2 Pendidikan Dasar FIP UNESA
Dr. Hitta Alfi Muhimmah, M.Pd, Dosen Pengampu Mata Kuliah Kebijakan dan Kepemimpinan di Pendidikan Dasar Inklusif, S2 Pendidikan Dasar FIP UNESA
Pendidikan dasar merupakan fondasi penting dalam sistem pendidikan yang lebih luas, berfungsi sebagai tahap awal dalam pengembangan intelektual, sosial, dan emosional anak. Pendidikan ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar, tetapi juga untuk membentuk karakter dan keterampilan sosial anak. Dalam konteks global, pendidikan dasar dianggap sebagai hak asasi manusia yang harus dijamin oleh negara, sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap individu berhak atas pendidikan. Di Indonesia, pendidikan dasar mencakup pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pendidikan dasar yang terdiri dari sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).
Perkembangan pendidikan dasar di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan reformasi sejak kemerdekaan. Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah telah berupaya meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dasar melalui berbagai program dan kebijakan. Salah satu langkah penting adalah penerapan Kurikulum 2013 yang menekankan pada pendekatan tematik dan integratif, serta pengembangan karakter siswa. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan sosial yang tinggi.
Dalam era pendidikan yang terus berkembang, peran kepemimpinan di sekolah dasar semakin mendapatkan perhatian. Kepemimpinan yang efektif tidak hanya mempengaruhi lingkungan belajar, tetapi juga berdampak pada perkembangan sosial dan emosional siswa. Salah satu pendekatan yang semakin banyak dibahas dalam konteks kepemimpinan pendidikan adalah teori kepemimpinan otentik atau Authentic Leadership. Leadership atau kepemimpinan merupakan perilaku pemimpin untuk mempengaruhi orang lain baik perorangan maupun kelompok. Authentic Leadership atau dikenal dengan kepemimpinan autentik merupakan kepemimpinan yang asli, murni yang muncul dari kapasitas terbaik yang dimiliki oleh pemimpin. Teori ini menekankan pentingnya keaslian, integritas, dan keterhubungan emosional antara pemimpin dan pengikutnya. Dalam konteks sekolah dasar, penerapan teori ini dapat menjadi alat yang efektif untuk menelaah dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para pendidik dan siswa.
Kepemimpinan otentik berakar pada konsep bahwa pemimpin yang efektif adalah mereka yang mampu menunjukkan diri mereka yang sebenarnya, dengan cara yang transparan dan jujur. Dalam lingkungan sekolah, pemimpin yang otentik tidak hanya berfungsi sebagai pengambil keputusan, tetapi juga sebagai teladan bagi para guru dan siswa. Mereka membangun kepercayaan, menciptakan hubungan yang kuat, dan memfasilitasi kolaborasi yang positif dalam komunitas sekolah. Dengan demikian, kepemimpinan otentik dapat berkontribusi pada penciptaan lingkungan belajar yang lebih inklusif, di mana semua individu merasa dihargai dan didengarkan
Salah satu tantangan utama dalam pendidikan dasar adalah menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan autentik, guru dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses belajar. Guru yang autentik akan berusaha untuk memahami kebutuhan dan aspirasi siswa, serta memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu mereka mencapai potensi maksimal.
Selain itu, kepemimpinan autentik juga dapat berkontribusi pada pengembangan budaya sekolah yang positif. Dengan mempromosikan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan empati, guru dapat menginspirasi siswa untuk mengadopsi sikap yang sama. Hal ini penting dalam menciptakan komunitas sekolah yang harmonis, di mana setiap individu merasa dihargai dan diterima.
Kepemimpinan otentik berakar pada nilai-nilai pribadi dan keyakinan pemimpin. Dalam konteks pendidikan dasar, ini berarti bahwa guru dan kepala sekolah harus mampu menunjukkan keaslian mereka dalam setiap interaksi dengan siswa dan staf. Dengan menjadi model yang dapat dipercaya, pemimpin pendidikan dapat membangun hubungan yang kuat dengan siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi mereka untuk belajar. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang merasa terhubung dengan guru mereka cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih baik dan lebih terlibat dalam proses belajar.
Selanjutnya, kami menemukan bahwa kepemimpinan otentik mendorong keterbukaan dan komunikasi yang jujur di dalam lingkungan sekolah. Dalam konteks pendidikan dasar, di mana siswa masih dalam tahap perkembangan sosial dan emosional, penting bagi guru untuk menciptakan ruang di mana siswa merasa aman untuk mengekspresikan diri mereka. Dengan mempromosikan komunikasi yang terbuka dan jujur, pemimpin pendidikan dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial yang penting, seperti empati dan kolaborasi. Ini tidak hanya bermanfaat bagi perkembangan pribadi siswa, tetapi juga menciptakan budaya sekolah yang positif dan inklusif.
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010 )
Wirawan, Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H