Mohon tunggu...
Masyanda haniaputri
Masyanda haniaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyanda hania

Masyanda hania Pisces

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Regulasi Emosi

11 Desember 2022   13:28 Diperbarui: 11 Desember 2022   14:06 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bermain permainan tradisional menunjukkan perkembangan keterampilan pengaturan   diri anak ini sebelum giliran main, biasanya anak sabar nunggu gilirannya,Saat permainan dimulai, anak sangat menikmati permainan tanpa bermain

Penggunaan kekerasan saat bermain, seperti B. memukul teman dan akibatnya Dalam permainan ini biasanya ada beberapa kelompok yang dapat memenangkan permainan tersebut (Mukhlis, A.,Mbelo, FH, 2019)

  • Kursus Emosi (EC) dari Program Pencegahan Berbasis Emosi (EBP) (Finlon, Izard,Seidenfeld, Johnson, Cavadel, Ewing & Morgan, 2015). EC adalah sesi untuk membantu siswa belajar dan mempraktikkan kepemimpinan, Memberi nama, mengaktifkan, mengatur dan menggunakan emosi. EC membantu anak-anak memahami bahwa emosi memiliki efek adaptif dan maladaptif dan perbedaan umum dari emosi dasar positif (senang dan tertarik) atau negatif (sedih, marah, takut) (Maggio, Zappulla, Pace, Izard,2016). Misalnya, perasaan senang bisa berdampak lebih luas Ketika digunakan untuk menghibur orang lain yang sedih.
  • Bermain Boy-BoyanPermainan tradisional ini terbukti dapat meningkatkan keterampilan sosial-emosional anak. Rahayu, E., W. 2020 Menjelaskan kompetensi sosioemosional anak melalui permainan tradisional Boy-boy dengan metode experiential learning meningkat secara signifikan dalam hal manajemen diri, keterampilan hubungan dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pada saat yang sama, tanpa metode pembelajaran eksperimental, permainan anak laki-laki tradisional hanya mampumeningkatkan rasa percaya diri. Hal ini tidak terlepas dari peran aktif guru dan anakterlibat aktif dalam proses mencerminkan nilai-nilai sosial dan emosional dari permainan ini anda bermain
  •  Kurikulum PATHS (Kurikulum Mempromosikan Strategi Berpikir Alternatif)Dalam kurikulum ini, anak diajarkan kata-kata emosi dan melatih regulasi emositeknik ramah anak seperti Doing the Turtle, di mana anak-anak menyilangkan tanganCangkang kura-kura, sebelum melampiaskan rasa frustrasi Anda dan tarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri mencari solusi. Guru mengembangkan keterampilan pemecahan masalah sosial-emosional anak-anak sepanjang hari untuk mendorong ekspresi emosional yang tepat dan interaksi teman sebaya.
  •  Bercerita Ciri khas dari pembelajaran ini adalah anak tidak perlu melakukan apapun untuk mempelajari sesuatu (Feist & Festo, 2012). Ini meniru pola yang diamati untuk diproses nanti kognitif yang menghasilkan perilaku serupa. Jadi inilah model yang dilihat anak itu pasti menarik, sehingga peneliti memutuskan membuat boneka tangan berupa monyet bernama Momo dan bebek bernama Bebe. Temuan penelitian: Karnaen, S., M., N., & Royanto, L., R.,M. (2020) menemukan bahwa mendongeng dapat meningkatkan regulasi emosi anak.Beberapa metode yang dijelaskan dapat digunakan sebagai referensi untuk orang tua melatih keterampilan pengaturan emosi anak-anak mereka sehingga mereka dapat merangkul dunia pendidikan anak lebih siap karena regulasi emosinya berkembang sesuai harapan.

*Pengasuhan, Sosialisasi,  Dan Regulasi Emosi

  • Regulasi diri terdiri dari dua proses yang bersama-sama mengatur intensitas dan durasidan ekspresi emosional, yaitu proses internal dan eksternal (Morelen). Bekerja di atasnya secara internal, misalnya, ada respons fisiologis dan fungsi kognitif sementara proses ekspresi emosional eksternal, ekspresi wajah, perilaku. (Kosanke, 2019)
  • Disregulasi emosi bukan berarti seseorang tidak memiliki regulasi emosi yang samasangat Disregulasi emosi terjadi ketika individu merasakan emosi merekamencapai puncaknya dan menyebabkan perilaku yang tidak pantas,membingungkan dan mengganggu untuk tujuannya (Morelen et al, 2014).
  • Pola asuh orang tua Orang tua yang diatur emosinya mendisiplinkan anaknya dalam bentuk hukuman itu berhasil kemampuan anak untuk mengatur emosinya sendiri (Schwartz,Thigpen dan Montgomery, 2006) dalam (RI, 2019). model pengasuhan efek yang besar pada proses pengaturan anak ketika wali tidak bisa mengatur emosi anak semakin tinggi
  • risiko bahwa anak-anak akan mengalami perilaku yang mengganggu (Zachary, Jones, McKee, Baucom dan Forehand, 2017). Perilaku menjengkelkan ini seperti perilaku negative baik secara verbal maupun nonverbal, mis. B. Membuat ulah, menuntut perhatian, untuk tidak patuh, untuk menolak, untuk terlibat dalam agresi yang bisa berbahaya diri sendiri atau orang lain, mencuri, berbohong dan perilaku mengganggu lainnya.
  • Usia emosi Regulasi juga dipengaruhi oleh faktor usia, seperti yang ditemukan Urry & Gross (2010) dalam penelitiannya, yang menunjukkan bahwa regulasi emosi lansia justru membaik atau meningkat seiring bertambahnya usia. Meskipun lansia mengalami kemunduran atau kemerosotan fisik atau kemunduran, mereka mengalami kesejahteraan pada usia ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengaturan emosi yang baik pada lansia adalah aktivasi amigdala di otak, dimana bagian ini berfungsi untuk membangkitkan emosi negatif. Saat aktivitas bagian ini berkurang, emosi negatif pun berkurang.
  • LingkunganLingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan mengatur perasaan seseorang Misalnya, Johnsen et Rydstedt (2013) menemukan bahwa individu melihat lingkungannya Sebagai tempat yang menyenangkan, biasanya ada aturannya perasaan yang baik dan emosi positif seperti kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun