*Konsep Dasar Regulasi EmosiÂ
Regulasi emosi adalah proses internal dan eksternal bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi respons emosional untuk mencapai suatu tujuan (Thompson, 1994). seseorang yang bisa mengelola perasaan dan aspirasi tersebut sesuai dengan tujuan dan situasi Individu dapat dikatakan memiliki regulasi emosi yang adaptif. Dan sebaliknya, Kami mengajak orang-orang yang berjuang untuk mengelola emosi mereka sejalan dengan tujuan mereka, mereka memiliki gangguan emosi (Morelen, Shaffer & Suveg, 2014). Regulasi emosi berbeda dengan coping, regulasi suasana hati, Mekanisme pertahanan dan regulasi rasa (Gross, 1998). Kohl, Martin dan Dennis (dalam Eisenberg Spinrad, 2004) menyatakan bahwa regulasi emosiadalah perubahan yang berkaitan dengan aktivasi emosional.
 Gross (1998) mendefinisikan regulasi emosi sebagai cara individu mengendalikan emosi mereka, ketika mereka merasakannya, dan bagaimana mereka mengalami atau mengekspresikan emosi tersebut. Regulasi emosi juga dapat diartikan sebagai kemampuan menilai dan mengubah respon emosi terhadap pola perilaku tertentu yang sesuai dengan situasi (Thompson, 2001). Gross menyarankan bahwa tujuan pengaturan emosi itu sendiri spesifik, bergantung pada keadaan yang mempengaruhi pengalaman satu orang. . seseorang Dalam situasi lain, seseorang mungkin dengan sengaja meningkatkan amarahnya untuk menakut-nakuti orang lain. Emosi positif dan negatif ini muncul ketika individu yang memiliki tujuan berinteraksi dengan lingkungannya dan orang lain. Emosi positif muncul saat orang mampu mencapai tujuannya, dan emosi negatif muncul saat orang menemui hambatan dalam mencapai tujuannya.
* Perkembangan Regulasi Emosi Berdasarkan UsiaÂ
Regulasi anak pada anak Pra Sekolah
Mengembangkan kemampuan mengatur emosi memiliki efek yang harmonis terhadap lingkungan sekitar anak dan membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain (Santrock, 2014).Ada beberapa model perkembangan emosi yang dapat dijadikan dasar untuk belajar perkembangan emosi anak prasekolah.
Sedangkan menurut Santrock (2011), ada tiga tahap perkembangan emosi pada anak, yaitu pelajaran dasar untuk anak usia prasekolah (3-4 tahun), yaitu:
- Expressing Emotions (Mengekspresikan perasaan) pada tahap ini rasa percaya diri harus berkembang terlebih dahulu sehingga anak-anak dapat mengalami perasaan percaya diri ketika mereka dapat mengidentifikasi dirinya sendiri dan memahami bahwa dia berbeda dari orang lain. Keyakinan adalah keadaan di mana bayi itu berada memahami bahwa mereka memiliki identitas yang diakui, terpisah dan berbeda dari orang lain di luar diri anda sedangkan rasa percaya diri adalah rasa diri yang meliputi kesadaran dan kesadaran diri emosi saya seperti rasa malu, empati dan iri hati
- Understanding Emotions (Memahami emosi) ketika anak menyadari bahwa situasi tertentu biasanya muncul emosi tertentu, ekspresi wajah menunjukkan emosi tertentu, mempengaruhi emosi perilaku dan emosi dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi orang lain.
- Regulating Emotions (Regulasi emosi) dimana fase ini mempengaruhi keterampilan anak mengatasi tuntutan dan konflik yang mereka hadapi dalam berurusan dengan orang lain. Pria mereka memiliki emosi dasar yaitu emosi negatif (termasuk sedih, takut dan marah) dan emosi positif yaitu bahagia (Denham, 2012). Emosi dasar dialami oleh anak prasekolah dan umumnya yang terjadi di Indonesia adalah bahagia, sedih, marah dan takut (Shaver, Schwartz, Kirson & O'Connor, 1987; Fraley, 2001; Izard, 2007; Denham, 2007).
- Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan anak dan usia prasekolah serta pada tahap perkembangan selanjutnya karena mempengaruhi perilaku seorang anak. Woolfson menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, seperti ingin dicintai, untuk dihargai, untuk merasa aman, untuk merasa kompeten dan untuk mengoptimalkan keterampilan mereka.
- Sejak usia prasekolah, anak belajar mengendalikan dan mengekspresikan emosinya. Pada usia enam tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks seperti cemburu,bangga,Kesedihan dan kehilangan, tetapi anak-anak masih kesulitan menafsirkan emosi orang berbagai. Pada tahap ini anak membutuhkan pengalaman dalam pengaturan emosi yang meliputi keterampilan Mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosi dan mempertahankan perilaku terorganisir saat membangkitkan perasaan yang kuat dan mengendalikan pengalaman emosional. Ukuran keterampilan ini berkembang secara signifikan selama tahun-tahun prasekolah dan beberapa di antaranya terlihat jelas peningkatan kapasitas anak dalam mentoleransi frustasi.
- Metode untuk melatih regulasi emosi pada anak prasekolahBerbagai cara dapat digunakan untuk melatih anak meningkatkan regulasi emosinya, antara lain:
1. Â Bermain pura-puraBerpura-pura memberi anak kesempatan untuk mempraktikkan pengalaman emosional
sangat menarik untuk meledak dan mencoba memahami apa yang sedang terjadi
mengganggu emosi dan memperoleh keterampilan untuk mengatur emosi di lingkungan yang aman yang memungkinkan (dan sering mendorong) ekspresi pengaruh kreatif (Hoffman &jelaga, 2012).
2. Mainkan Ular Naga