Inilah tantangan besar bagi KPU. Selain kerja keras berintegritas, KPU juga dituntut kerja cerdas. Sumber daya manusia yang dimiliki, harus berkompeten di segala lini. KPU harus dapat memastikan tidak ada satu celah pun bisa terjadi potensi delegitimasi. Sebab, apabila KPU dianalogikan sebagai seorang wasit, tentu tidak mudah posisinya. Apalagi wasit yang menentukan pemimpin bangsa untuk lima tahun ke depan. Namun yang paling penting, wasit harus tetap mampu berdiri di tengah. Tidak memihak sebelah. Sebab, sekali saja terlihat memihak, publik tentu banyak mengetahuinya.
Saya yakin, seluruh penyelenggara pemilu khususnya di KPU, tetap menjaga netralitas dan integritasnya. Tekanan demi tekanan itulah yang sebenarnya menjadi "angin" yang mengesankan KPU bisa condong ke kiri dan ke kanan. Bukankah semakin tinggi pohon, semakin kencang pula anginnya? Semakin berkualitas kinerjanya, tentu semakin gencar pula tekanannya.
Untuk memastikan "sang angin" tidak mampu merobohkan, tentu kerjasama yang baik antara KPU dan seluruh elemen pendukung pemilu, sangat diperlukan. Kondisi ini membutuhkan figur-figur yang mampu bekerja tim dengan baik. Sebuah tim besar yang mampu memastikan penyelenggaraan pemilu berjalan baik dan penuh integritas, serta jauh dari kecurangan-kecurangan. Semoga pemilu berjalan lancar, menghasilkan pemimpin bangsa yang terbaik. Dan KPU sebagai wasit, mampu menjalankan kompetisi dengan fairplay serta berakhir khusnul khatimah! (*)
*) Penulis adalah advokat pegiat demokrasi, tinggal di Pacitan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H