Mohon tunggu...
Maswati Amatillah
Maswati Amatillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Darussalam Gontor

hobby membaca dan menonton video-video inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suksesi Diplomasi Mu'awiyah bin Abi Sufyan

20 September 2022   14:45 Diperbarui: 20 September 2022   14:54 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mu'awiyah bin Abi Sufyan merupakan khalifah pertama bani umayyah, dalam perjalananya mendapat kepemimpinan dilatar belakangi oleh suksesinya dalam melakukan diplomasi. Salah satu taktik diplomasinya bisa kita lihat suksesi kemenanganya pada perang sifin. 

Pada saat perang sifin terjadi, diwarnai dengan adanya perebutan sumber mata air yang pada saat itu dikuasai oleh pasukan mu'awiyyah, namun kelompok mu'awiyyah tidak mau berbagi dengan pasukan Ali bin Abu Thalib sehingga terjadilah perpecahan yang pada akhirnya sumber air tersebut dikuasai oleh pasukan Ali bin Abu Thalib. 

Ketika perang sifin terjadi pasukan Ali bin Abu Thalib sudah mencapai kemenangan namun karena kecerdasan mu'awiyyah dalam melihat situasi kekalahan tersebut ia mensiasati dengan mengajukan negosiasi yang berupa 'tahkim', masing-masing dari pasukan mengirimkan perwakilanya untuk melakukan negosiasi. 

Dari pasukan Ali bin Abu Thalib mengirimkan Musa Al-asyari' dan dari mu'awiyyah Amir bin Ash. Dalam negosiasi ini keputusan yang dihasilkan adalah pangkat kekhalifahan akan dicabut dari keduanya dan semua belah pihak memilih secara ulang siapa yang pantas menjadi seorang khalifah. 

Namun saat itu Ali bin Abu Thalib di bunuh sehingga adanya kekosongan kekhalifahan. Pasca wafatnya Ali bin Abu Thalib terdapat dualisme kepemimpinan di kalangan umat Islam. Yaitu di wilayah Irak yang mengangkat Hasan bin Ali bin Abu Thalib sebagai penerus Ali bin Abu Thalib dan Mu'awiyyah yang dinobatkan sebagai khalifah di wilayah Syiria. 

Perbedaan ini berakhir dengan perjanjian damai yang dikenal dengan "amul jama'ah" atau tahun persatuan yang terjadi pada tahun 41 H/ 662 M. Adapun isi perjanjian damai tersebut adalah sebagai berikut : 1.Hasan bin Ali bin Abu Thalib rela turun dari kekhalifahan demi persatuan umat Islam 2.Mu'awiyah tidak mencela Ali bin Abu Thalib 3.

Setelah kepemimpinan Mu'awiyah, khalifah selanjutnya akan dipilih secara musyawarah. Setelah perjanjian damai dilakukan, kedudukan kekhalifahan dipegang oleh mu'awiyah. Kemenaganya dalam mendapatkan kekhalifahan tidaklah didapatkan dengan secara langsung namun terdapat perjalanan yang cukup panjang salah satu factor yang mendukungnya adalah suksesi diplomasi yang dilakukanya pada saat perang sifin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun