Mohon tunggu...
Masud Wanto
Masud Wanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Melihat dunia lebih luas dari goresan mata pena

Lebih sering berpuisi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merokok, Mencegah atau Menularkan Covid-19?

20 April 2020   13:58 Diperbarui: 21 April 2020   10:55 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

WHO: Merokok, salah satu solusi pencegahan Covid-19? (liputan6.com,7/3/2020). Mengingat belum habis edisi minum jamu menangkal Covid-19, sehingga melambungkan harga jahe dan rekan-rekannya sampai terjadi kelangkaan bahan-bahan tersebut. Ini sudah terpikirkan oleh saya, bagaimana jika rokok benar-benar dipercaya menjadi salah satu alternatif pencegahan Covid-19. Bisa gak makan nasi nanti masyarakat kita, soalnya lebih praktis menghisap rokok sampai tembakau penghabisan.

Kemudian saya teringat sebuah istilah ketika aktif di Laboratorium pengujian bahan. Untuk menyatakan sebuah proses pelapisan guna menutupi permukaan suatu benda atau disebut Coating. Merokok disiratkan oleh kelompok perokok sebagai proses coating pada paru-paru, namun klaimnya dengan dosis nikotin yang tepat. Jika dosisnya rendah, maka ada kemungkinan paru-paru dapat terserang Covid-19. Jika dosisnya tinggi, maka ada kemungkinan paru-paru dapat terserang Kanker Paru.

Klaim bahwa nikotin dalam rokok dapat menghalangi virus Sars-Cov2 menginfeksi paru-paru dan menimbulkan Covid-19, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) berpendapat lain. "Klaim yang beredar sangatlah keliru karena kebiasaan merokok itu tidak sehat. Justru merokok menjadikan seseorang menjadi lebih rentan terhadap serangan virus, bakteri, dan penyakit lainnya," papar Prof Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD, seperti tertulis dalam laman resmi UGM (kompas.com, 15/4/2020).

Perdebatan pun dimulai, efek bekerja dari rumah (WFH), grup WA tidak pernah sepi dari nasihat dan ajakan stay at home, perintah kerja bahkan perdebatan tentang rokok dan perokok sebagai penyebar Covid-19. Pihak perokok mengutip pernyataan Dr. Daeng M Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), bahwa belum ada penelitian penularan Covid-19 melalui asap rokok. Tentu hal semacam ini menjadi dukungan berharga atas klaim WHO diatas.

Namun, kata Dr Daeng M. Faqih, karena asap rokok tersebut masuk ke dalam saluran pernapasan atau tenggorokan, maka dikhawatirkan berpotensi menularkan kepada orang lain. Meskipun hingga kini belum ada penelitian membuktikan bahwa asap rokok yang diembuskan oleh penderita Covid-19 itu mengandung virus, tetapi hal tersebut sangat dikhawatirkan. Oleh sebab itu, masyarakat diminta lebih berhati-hati. 

Karena mengisap rokok itu sampai ke dalam tenggorokan, sangat dikhawatirkan asap yang dikeluarkan mengandung virus, jika penderita Covid-19 merokok lalu mengeluarkan droplet atau percikan air liur, bersin, dan batuk, hal itu bisa menularkan virus kepada orang sekitarnya. Daeng juga menjelaskan perokok aktif akan lebih rentan terserang Covid-19 sebab di dalam saluran pernapasan manusia terdapat mekanisme untuk menangkap dan mengeluarkan semua kotoran, termasuk mikroorganisme yang masuk (Elshinta.com,17/4/2020).

Bagaimana membuktikan kebenaran pernyataan-pernyataan diatas?. Media sosial hari ini, menjadi penyedia informasi sering menimbulkan pro dan kontra bagi para pembacanya. Kehati-hatian dalam memilih berita terpercaya menjadi reduksi bagi kepanikan di masa penyebaran Covid-19. 

Saat ini fokus kita terbagi pada upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Upaya-upaya penanggulangan telah dilakukan oleh para dokter, perawat dan para ahli bidang keilmuan yang terkait, melalui upaya maksimal yang berisiko tinggi tertular Covid-19 dan berujung pada kematian.

Upaya pencegahan juga telah dilakukan pemerintah melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Social Distancing, Work From Home (WFH) atau stay at home. Andil masyarakat juga dibutuhkan untuk mematuhi segala anjuran pemerintah serta tidak panik untuk tertular Covid-19 melalui berita-berita yang belum terbukti kebenarannya melainkan harus waspada ketika kita malah menjadi sumber penularan akibat tidak mematuhi anjuran pemerintah tersebut. Seorang dokter spesialis penyakit menular, Abdu A Sharkawy dari Universitas Toronto, menyebutkan bahwa kepanikan lebih berbahaya daripada virus itu sendiri. Menurutnya, hal yang paling penting adalah mengupayakan agar tidak terjadinya penularan, mengingat virus ini masih diteliti dan belum ada vaksin hingga nantinya tercipta obat antivirus khusus (suara.com, 13/3/2020).

Saya ikut berpartisipasi menyampaikan anjuran pemerintah tersebut, klaim bahwa merokok dapat mencegah atau perokok sebagai media penular Covid-19 dapat dibuktikan jika kita semua tetap sehat dan terbebas dari Covid-19 sampai wabah Covid-19 ini benar-benar berakhir. Tetaplah saling menasehati, selalu berpikir dan bertindak produktif serta selalu menjaga kesehatan diri dan keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun