Era lama memang skripsi adalah pola kajian yang masih komprehensip karena menuangkan teori, analisa data dan riset. Mahasiswa bisa berargumen, menjelaskan dan menerapkan dalam dunia kerja, selain kemampuan dalam komunikasi serta kecerdasan emosional.
Dalam era sekarang, bagaimana jika standard kelulusan bukan dari skripsi dan sejenisnya. Kita harus telaah lebih jauh. Saat ini adalah era teknologi maju. Generasi 4.0, perkembangan yang harus mampu bersaing dalam dunia global. Banyak sekali startup bermunculan. Jadi pola berpikirnya sudah harus berkembang bukan hanya teori semata.
Ingat kan mahasiswa baru di awal tahun akademik 2018/2019, salah satu tugas dari kakak seniornya adalah "Life Plan" . Tujuannya apa coba, seorang maba di berikan tugas tsb. Hal itu tidak lain dan tidak buka adalah mengajak untuk mengembangkan kerangka berpikir dengan tujuan, visi dan misi dirinya saat kuliah. Dengan demikian mahasisa sekarang sudah di ajak untuk berpikir kedepan, merencanakan sesuatu untuk keberlangsungannya selama kuliah.
Sehingga seandainya standard kelulusan bukan dari skripsi, mahasiswa tsb sudah ada bisnis plan yang siang dikaji, di tuangkan dan disampaikan sebagai projectnya dalam studi akhir. Pada dasarnya tujuan skripsi sendiri adalah meningkatkan kemampuan seorang mahasiswa dalam mengidentifikasi sebuah masalah, membuat analisa, memecahkan probleme solving. Sehingga kemampuan saat mengerjakan skripsi tsb akan teruang dalam hasil kajiannya.
Pilih Skripsi atau Project
Dari kehebohan saat ini seolah-olah dalam berpikir mereka ada yang sebagian bergembira dan ada sebagian menanggapinya biasa saja. Dulu saat skripsi dianggap hal yang menggagalkan kelulusan.
Tetapi menurut saya selama pengerjaan skripsi kita sesuai dengan teori yang kita dapatkan. Metodelogi risetnya sesuai, analisa data, sumbernya valid, memahami dosen pembimbig dan yakin  serta mampu menguasai saat  sidang. Tentu saja akan lebih mudah jika kita tidak asal dalam mengerjakannya dan merasa gagal sebelum di coba.
Apakah beban skripsi akan lebih ringan ? Itu pertanyaanya sekarang. Sebagai penggani skripsi seorang mahasiswa mengerjakan businees plan, mengerjakan prototipe project yang sesuai dengan bidangnya. Namun dengan pelaksanaan itu pastinya biaya juga akan berbenah, karena tentu lebih banyak dana yang harus di keluarkan. Kecuali businees plan yang di ajukan bisa crowd funding dan bisa cari pendanaan model startup yang lagi menjamur di Indonesia.
Barangkali hal ini di terapkan oleh Mendikbud dan Ristek dari pengembangan kurikulum merdeka dan kuliah merdeka. Bahwa sebuah tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan sebelumnya. Yang mampu menjadikan output SDM dalam persaingan global.
Dalam pemikiran saya (maaf saya bukan akademisi), untuk skripsi lebih berperan bagi mereka yag berkecimpung dalam akademis atau teori kesarjanaan bidang akademik. Tetapi untuk jalur vokasi dan terapan akan lebih baik jika berupa business plan atau project yang mampu diterapkan dalam dunia kerja. Sehingga kemampuannya akan lebih terasah dan terampil dalam dunia kerja saat ini dan kedepan.
Saran juga untuk kampus dan dosen pembimbing serta penguji, untuk bisa lebih aware dan memahami setiap kesulitan dari mahasiswanya. Bimbing dan arahkan sesuai standard dan kemampuan kerangka berpikir untuk maju. Yang perlu diingat bahwa biaya yang dikelarkan para orang tua(termasuk saya) tidak sedikit untuk mencetak anaknya lebih berhasil.