Mohon tunggu...
Tunjung Eko Wibowo
Tunjung Eko Wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Berdamai Dengan Hati dari belajar menulis, membaca dan mencintai diri sendiri pasca pensiun

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menelusuri Jejak Sunyi Kudus Kulon (Jejak Tionghoa dan Islam bersama Komunitas Cerita Kudus Tuwa)

2 Maret 2023   01:57 Diperbarui: 2 Maret 2023   14:06 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keriuhan dalam jalan sunyi, menemukan kerinduan di antara kesepian"

Menyusuri kesepian dari riuhnya peradaban kota. Yang membuat kita bisa terlena untuk sekedar bernostalgia di masa lalu. Pagi yang mendung di barat kota diantara pusara peradaban yang adiluhung, saya sejenak mengitari sisi Taman Menara. Aku terdiam duduk di tenggara pohon beringin tua. Saya sebut tua karena begitu besar dan rimbunnya pohon itu. Langit-langit mendung pun semakin hitam. Dari perjalanan ini saya akan sedikit bercerita mengenai Kelenteng Hok Ling Bio, Taman Menara dan Omah Toleh

12 Februari 2023 bersama dengan teman-teman Komunitas Cerita Kudus Tuwa akan napak tilas dan diskusi tentang Tionghwa di Kudus. Dari obrolan tsb aku baru tahu kalau daerah Taman Menara(saat ini sebut Alun-Alun Kulon) dulunya adalah pusat perniagaan. Sebuah pasar tempat bertemunya pedagang dari Tionghwa dan pribumi Jawa. Berbaurnya Tionghwa dan masyarakat Islam kala itu. Sehingga dimana ada sebuah keramaian pedagang dari Cina atau Tiongkok (Tionghwa) akan mendatanginya. Ibaratnya ada gula ada semut.

Dari literatur sejarah kedatangan orang Tionghwa adalah pelarian dari Batavia antara tahun 1741-1743 melalui jalur laut. Hal ini di picu karena kebijakan yang di lakukan VOC yang membuat kaum Tionghwa menyebar ke brbagai daerah untuk menyelamatkan diri. Mereka pergi melalui jalur laut menuju muara-muara sungai besar di Cirebon, Tegal, Semarang, Juwana, Rembang, Lasem hingga Tuban.

Foto Diorama Pasar Bubar di Museum Jenang
Foto Diorama Pasar Bubar di Museum Jenang

Dengan mendaratnya Tionghwa di Kudus, ditandai dengan mendirikan kelenteng-kelenteng sebagai tempat sembahyang bagi mereka. Di tulisan ini saya akan fokus di Kawasan Menara atau daerah kota tua di Kudus. Di kawasan Kudus Kulon juga terdapat kelenteng yang cukup tua. Di dirikan di kasaran abad XV, namun tahun tepatnya tidak di ketahui. Kelenteng tersebut adalah Kelenteng Hok Ling Bio.

Kelenteng Hok Ling Bio

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Kelenteng Hok Ling Bio di dirikan di kasaran abad XV, namun tahun tepatnya tidak di ketahui. Dari luar, bangunan Kelenteng Hok Ling Bio Kudus tidak terlihat terlalu menonjol, lantaran meski puncak atapnya berbentuk pelana namun tak ada patung naga berebut mustika atau patung burung Hong yang biasa menghias atap kelenteng. Boleh jadi karena kelenteng ini utamanya digunakan oleh penganut agama Konghucu, meski resminya merupakan kelenteng Tri Dharma sebagaimana terlihat pada prasastinya.

Foto Dokumen Pribadi
Foto Dokumen Pribadi "Kelenteng Hok Ling Bio"
Seperti yang di sampaikan oleh Bapak Goei Tjwan Gie (Ketua Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma) Kudus. Bahwa Kelenteng Hok Liong Bio usianya lebih tua di bandingkan Masjid Menara Kudus (nama resmi adalah Masjid Al-Aqsa Manarat Qudus) dan Masjid Madureksa. Karena dalam catatan Disbudpar Kabupaten Kudus tertulis kurang lebih abad XV ( kisaran tahun 1401 -- 1500 masehi). Karena dari literatur sejarah Masjid Menara Kudus peletakan batu pertama tahun 1549 masehi, sedangkan Masjid Madureksan di bangun tahun 1520 masehi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun