Mohon tunggu...
Mustopa
Mustopa Mohon Tunggu... Petani - Petani

Bercerita dari desa

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kebaikan Memang Tak Selalu Berbuah Manis

15 Agustus 2023   20:42 Diperbarui: 15 Agustus 2023   20:48 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Metamorfosa Samsa (sumber: jrunderdown.wordpress.com)

"Becik ketitik, olo ketoro", orang Jawa bilang. Maksudnya, perbuatan baik dan buruk pasti akan diketahui. Kata-kata penyemangat agar masyarakat Jawa tetap berbuat baik tanpa mengenal ruang dan waktu.

Namun, ada kalanya kebaikan yang telah ditanam berbuah tak sesuai harapan. Seperti halnya yang diceritakan oleh Franz Kafka melalui novel mini yang berjudul Metamorfosa Samsa (Die Verwandlung).

Ceritanya, Gregor Samsa -tokoh protagonisnya- ketika bangun tidur berubah menjadi seekor serangga yang menjijikan. Seluruh tubuhnya berubah tanpa diketahui sebab musababnya. Namun, pikirannya masih tetap sama sebagai Gregor Samsa.

Perubahan yang tak disangka-sangka itu membuatnya bingung. Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia tak mau keluarga tercintanya mengetahui kondisinya. Namun, mau tak mau kondisi tersebut akhirnya diketahui juga oleh keluarganya.

Melihat perubahan tersebut, Adik, Ibu, dan Ayahnya ketakutan. Mereka jijik dan enggan untuk bertemu dengan Gregor. Akhirnya, ia pun dikurung (mengurung diri) dalam kamar sempit itu.

Ia tak lagi mampu berkomunikasi dengan bahasa manusia. Ia pun tak lagi bekerja seperti biasanya. Padahal, dialah satu-satunya yang menanggung perekonomian keluarga. Kedua orang tuanya telah berusia lanjut, sedangkan adiknya masih berada di bangku sekolah.

Dalam keterasingan itu, sesekali hanya adiknya yang berkunjung ke kamarnya. Ia memberinya makan berupa sisa-sisa makanan. Kamar sempit itu pun sesekali ia bersihkan. Meski jijik, ia masih menaruh harap kepada Kakaknya itu.

Betapa sayangnya Gregor kepada adiknya. Sebenarnya ia sedang berniat untuk memberi kejutan kepadanya. Ia ingin membiayai adiknya untuk bersekolah menjadi biola terkemuka. Namun sayang, malapetaka mendahuluinya.

Perasaan Gregor sedih bukan main menerima kenyataan itu. Setiap waktu ia memikirkan nasib perekonomian keluarga setelah ia tak mampu bekerja. Ia tak kuasa ketika mendengar orang tuanya harus kembali bekerja di usia yang telah senja.

Ketakutannya akan kondisi perekonomian keluarga akhirnya terjadi, uang tabungan keluarga habis untuk biaya hidup. Satu per satu pembantu mereka harus diberhentikan untuk mengurangi beban keluarga. Dan Gregor hanya mampu mengintip melalui celah pintu serta menguping pembicaraan mereka yang memprihatinkan.

Pada suatu hari, untuk menutupi kebutuhan keluarga, keluarga Gregor berniat untuk menyewakan salah satu kamar apartemen mereka. Niatan itu akhirnya terkabulkan. Beberapa orang lelaki berkenan untuk membayar kamar tersebut.

Gregor pun demikian bahagia sebab ada solusi untuk menyelamatkan keluarganya. Memang ia tak mampu berbuat sesuatu, tak mampu urun rembug, namun sekali lagi dengan menguping segala pembicaraan perihal persoalan itu, ia pun dapat memahami dengan gembira.

Sayangnya kebahagiaan Gregor tak berlangsung lama. Pada suatu malam, para penyewa kamar meminta adik Gregor untuk memainkan biola dihadapan mereka. Permainan yang begitu menghanyutkan para tamu dan juga memikat Gregor untuk bergabung.

Melalui pintu yang terbuka, Gregor turut serta dalam pertunjukan yang menawan itu. Ia ingin turut serta menyaksikan kebolehan adiknya. Namun apa mau dikata, ia binatang menjijikan. Para penyewa tak sudi tidur di rumah bersama dengan binatang menjijikan itu. Pada akhirnya, mereka pun batal menyewa kamar tersebut.

Keluarga Gregor kecewa bukan main. Mereka pun berencana untuk menyingkirkannya. Gregor yang malang, ia yang dulu pahlawan, kini bukanlah apa-apa. Nasib sial yang tak dapat ditolak itu menjadi sebab utama. Keluarga mereka berencana untuk menghabisinya. Namun, sebelum semuanya terjadi, Gregor telah mati untuk selama-lamanya.

Kebaikan Gregor tak lagi ketitik, tertutup oleh nasib sial yang tak pernah ia minta. Namun demikianlah manusia, terkadang memang lupa dengan kebajikan orang lain ketika hal buruk menimpanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun