Mohon tunggu...
Master SrghManihuruk
Master SrghManihuruk Mohon Tunggu... Operator - Orang Batak dari Siantar mencari nafkah di Cikarang

Seorang Karyawan Swasta bekerja di perakitan mobil

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tenggelam di Saat Badai Mulai Tenang

9 Oktober 2021   23:58 Diperbarui: 10 Oktober 2021   01:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kepergian istriku masih meninggalkan duka yang mendalam dan membuatku berjuang sendiri untuk membesarkan kedua Putraku yang masih kecil-kecil, saya mencoba untuk selalu bersikap tegar di depan anak-anakku walau hatiku serasa perih jika mengingat semua yang telah terjadi. Saya mencoba mulai dari awal setelah semuanya sudah habis saat istriku sakit berkepanjangan kurang lebih selama 2 Tahun melawan penyakitnya, semua yang terbaik sudah kulakukan untuk mempertahankan hidupnya demi anak-anakku yang masih butuh kasih saying ibunya. Sudah banyak rumah sakit yang kami masuki di Jakarta dan Bekasi bahkan sampai ke Medan, terapi kemana-mana juga sudah kami jalani tapi satupun tidak membuahkan hasil yang baik bahkan sama sekali tidak bisa memperpanjang hidup istriku, mungkin Tuhan lebih sayang beliau hingga secepat itu dipanggil. 3 Hari setelah ulang Tahunnya yang ke-39 tepat tanggal 13 September 2020 Pukul 18.00 WIB beliau pergi menghadap yang kuasa. Sangat menyakitkan dengan kepergiannya, saat pemakaman percis saat Uang Tahunku yang ke-39 membuat hati makin hancur seakan ingin ikut mati bersamanya, tapi meihat kedua buah cinta kami saya harus tegar dan harus kuat untuk menghadapi hidup ini walau tanpa istriku lagi.

5 Bulan setelah kepergiannya, saya malah dirundung masalah lagi yang memperparah keadaan perjalanan hidupku, Tanggal 25 Februari 2021 saya malah dieksekusi HRD tempatku bekerja dengan memaksa untuk Mengundurkan diri, tak ada angin tiada hujan sekitar jam 10.00 Pagi saya dipanggil ke kantor HRD, begitu masuk ruangan HP & HT saya langsung disita dan di non aktifkan.Kemudian saya dituduh telah melanggar kode etik perusahaan yang mana saya dituduh fotocopy SK(surat Keterangan) Pengangkatan karyawan yang baru diangkat dan menahan SK aslinya. Saya merasa tidak melakukan itu dan minta bukti-bukti atas tuduhan itu, tapi dari pihak HRD tidak bisa menunjukkan bukti atas tuduhan tersebut. Selama kurang lebih 2 Jam saya di interogasi yang intinya menyuruh saya untuk mengundurkan diri tapi tetap saya tolak karena saya merasa tidak melakukan tuduhan mereka.

Saat jam istirahat siang saya dikasih nasi kotak dan saya hanya kuat makan satu sendok karena pikiran sudah mulai stress yang mana saya tidak diperbolehkan keluar ruangan, Deputy Manager HRD meninggalkan saya sengan Staff Legal saat makan Siang, setelahnya saya ditinggal di ruangan tersebut dengan pengawalan ketat dari salah satu staff HRD dan saya tidak boleh keluar ruangan kalua tidak mengakui tuduhan mereka, saya sudah diperlakukan seperti buronan kelas kakap yang tidak bisa keluar ruangan dan komunikasi sama siapapun. Saya terpenjara dan mulai lelah dengan situasi, bahkan mau ke toilet saya harus dikawal ketat oleh staff HRD dan menjaga agar saya tidak komunikasi dengan siapapun di kantor tersebut.

Sehabis magrib mulai mereka menyodorkan kertas kosong dan memaksa saya untuk menuliskan surat pengunduran diri, tapi saya tetap menolak karena saya minta bukti-bukti atas tuduhan mereka akan tetapi belum ada yang bisa mereka penuhi. Sekitar Jam 20.00 malam saya sudah mulai haus dan lapar bahkan stress, bayangin dari jam 10 Siang saya dikurung di ruangan tersebut yang artinya hampir 10 Jam saya terkurung dan pertahanan saya mulai lengah, saya kepikiran anak-anakku juga biasanya saya sudah pulang pukul 16:40 tapi sampai jam delapan malam saya belum bisa keluar ruangan itu. Pihak HRD nya mendesak saya untuk tandatangan biar bisa langsung pulang, pikiran mulai kalut saat perut lapar dan bayangan wajah kedua anakku yang terintas di depanku dengan terpaksa saya tuliskan surat pengunduran diri tersebut dengan didikte oleh Staff HRD. Dengan air mata saya dipaksa undur diri dan saya diperbolehkan pulang dengan catatan ID-Card, Seragam, Sepatu & Topi langsung ditanggalkan, yang artinya saya tidak boleh lagi masuk ke lingkungan perusahaan setelah itu.

Saya meninggalkan semuanya dengan terpaksa, begitu kejamnya mereka memperlakukan saya tanpa ada klarifikasi terlebih dahulu. Saya hanya minta pembuktian atas tuduhan mereka, jika terbukti saya juga siap pergi, saya berani karena saya sama sekali tidak pernah melakukan atas tuduhan mereka. Tapi itulah yang terjadi, semuanya secepat kilat bisa menghantam saya tanpa bukti yang jelas. Saya dikeluarkan tanpa sepeser pun hak saya terima, sangat disayangkan perusahaan besar tapi tidak bijak dalam mengambil suatu keputusan. Saya kehilangan pekerjaan saya bahkan harga diri juga sudah tidak ada lagi dengan fitnahan ini. Saya sudah pasrah dengan keadaan, mungkin ini jalan yang saya harus lalui disaat-saat saya mulai membangun diri dari awal malah terperosok dan jatuh lebih dalam. Tapi saya harus kuat demi kedua putraku, mereka harus bertumbuh seperti anak-anak sebayanya, saya wajib membesarkan mereka dengan situasi apapun karena mereka berdualah kekuatanku saat ini. Saya harus berjuang sekuat tenaga untuk mereka... ya untuk kedua Putraku Petra & Dave.

Tiada yang mustahil bagi Tuhan

Tuhan Memberkati

Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun