Selamat Jalan menuju Keabadian untuk Mas Didi Kempot "Godfather of The Broken Heart".
Kepergianmu yang Sekonyong-konyong Koder sontak Ninggali Tatu buat jutaan penggemarmu, para Sad Bois dan Sad Girls di seantero jagad.
Mereka kini bener- bener Ambyar.Â
Stasiun Balapan diam membisu, di atas sana mendung Banyu Langit kelu melihat kesedihan mereka.
Mereka yang di masa PSBB ini Ora Iso Mulih kampung untuk sekedar Pamer Bojo, atau menghadiahi yayangnya dengan Kalung Emas.
Mereka penggemarmu yang terlatih kena Cidro, mungkin kini hanya bisa tertunduk Ngalamun sambil menyusur Dalan Anyar sepanjang Sewu Kutho dan berharap dapat mengikis rindu lewat Layang Kangen , yang tak bisa lagi kau baca saat Lingsir Wengi.
Aku tahu, Gusti Ora Sare tapi jerit Tangise Ati penggemarmu tentu membuat mereka Semrawut dan makin Keloro-loro di tengah pandemi yang Gawe Gelo ini.
Lord Didi Kempot yang Penyanyi top, aku tulis obituari ini di saat Suket Teki mengalun lirih di Spotify. Berrkali-kali kuulang, hingga aku pun Ketar-Ketir takut kalau paket dataku bakal Wes Ewes Ewes...
Aku yang tak lahir di 2002 dan lebih suka jazz ini telanjur Kesetrum Tresno sama lagu-lagu sampeyan yang Sik Asyik buat didengar, apalagi kala Burungku Flu.
Hari ini para Penyiar Radio mungkin memutar karya-karyamu yang Mesti Penak itu di ruang dengar mulai dari Parangtritis sampai Wis nembus Suriname.
Selamat jalan Kusumaning Ati...rasanya Wis Cukup aku menuliskan Tentang Aku Kau dan Dia. Aku sudah ditunggu pak Mantri Suntik di Pom Bensin, dia bawain aku Gethuk dan Kopi Lampung. Katanya dia Teles Kebes kehujanan. Ah, mungkin itu hujan airmata dari penggemarmu yang akan tetap Eling Kowe...
Tangerang Selatan, 05052020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H