Di bulan Maret ini kita disuguhi dua peristiwa olah raga yang sangat menyita perhatian. Yaitu kasus Dewa Kipas dari cabang catur dan insiden All England dari cabang bulutangkis. Jagad maya Indonesia dibuat heboh karenanya.
Dalam tulisan ini saya hanya akan membahas insiden All England dan betapa hebohnya tanggapan netizen Indonesia. Mulai dari yang bijak dan berkepala dingin sampai yang 'sumbu pendek' dan tidak masuk akal. Dari yang lucu sampai yang merasa paling tahu (meskipun baru menerima informasi dari satu pihak) dan menjadi 'kompor'.Â
Saya juga tidak akan membahas kronologi insiden All England tersebut, karena sudah banyak media yang memberitakannya. Begitu juga berbagai macam opini ber-sliweran di media sosial.
Dari sekian banyak komentar dan opini masyarakat (netizen) yang beredar, saya menilai apa yang dilakukan atau disuarakan netizen Indonesia sudah terlalu berlebihan dan berbahaya. Marah boleh tapi harus diletakkan pada tempat dan sesuai porsinya.Â
Jika BWF dianggap bersalah, semestinya marahnya ke BWF. Atlet bulutangkis dari negara lain yang tidak tahu menahu dan tidak ada urusan malah ikutan kena bully. Ini sudah salah alamat dan kelewatan. Netizen yang berbuat, tapi atlet bulutangkis kita yang malu. Karena, meskipun mereka sering jadi lawan di lapangan tapi menjalin persahabatan di luar lapangan.
Puncaknya adalah adanya ancaman pembunuhan terhadap pejabat BWF. Ini betul-betul sudah kelewatan! Mestinya polisi bisa mengusut ancaman ini (jika betul yang melakukan ancaman orang Indonesia). Ancaman pembunuhan bukan hal sepele dan bukan main-main. Jika ini betul-betul terjadi, saya khawatir tragedi Heysel, Belgia akan menimpa tim bulutangkis kita.
Apa hubungan insiden All England dengan tragedi Heysel?
Bagi Anda penggemar sepakbola, khususnya sepakbola Eropa pasti tahu atau setidak-tidaknya pernah mendengar Tragedi Heysel, Belgia yang terjadi pada 29 Mei 1985 silam. Tragedi Heysel adalah lembaran hitam dalam sejarah sepakbola Eropa. Tragedi Heysel memakan korban 39 orang meninggal dunia, kebanyakan mereka adalah supporter Juventus. Dari hasil penyelidikan disimpulkan penyebabnya adalah ulah para hooligan dari supporter Liverpool. Akibatnya apa?
UEFA memberikan sanksi berupa larangan bertanding kepada klub-klub Inggris di tingkat Eropa selama 5 tahun. Khusus untuk Liverpool sanksi larangan bermain di tingkat Eropa selama 8 tahun, sebelum akhirnya mendapat keringanan menjadi selama 6 tahun. Sanksi tidak berlaku untuk timnas Inggris, yang masih bisa bertanding baik di tingkat Eropa maupun dunia.
Akibat ulah suporter, pemain seluruh negeri yang kena getahnya. Saya tidak bisa membayangkan jika hal tersebut menimpa para pemain bulutangkis kita. Apa lagi yang bisa kita banggakan?
Apa yang bisa kita lakukan?