Jagad musik Indonesia tengah dihebohkan oleh lagu "Lathi". Sebuah lagu karya grup musik Weird Genius yang dinyanyikan oleh Sara Fajira. Kehebohan itu sangat terasa di dunia maya, terutama di kanal You Tube dan Tik Tok.
Jika di Tik Tok dihebohkan oleh tantangan membuat make up ala video klip Lathi, maka di You Tube diramaikan oleh reaksi orang yang menyaksikan video klip dan meng-cover lagu Lathi.Â
Bukan hanya dari dalam negeri tapi banyak juga orang luar negeri yang membuat reaksi dan cover lagunya, baik yang betul-betul ingin mengapresiasinya maupun yang hanya sekedar mencari viewer dari Indonesia (sebagai negara yang penduduknya paling gaduh di media sosial). Lihat saja komentar-komentar warga +62 yang membanjiri semua video yang berkaitan dengan Lathi.
Beragam komentar, ada yang request reaksi video yang lain, ada yang berusaha menjelaskan siapa itu Weird Genius dan Sara Fajira, ada yang berusaha menjelaskan arti dari "Lathi" sampai komentar yang over proud juga ada. Ada juga yang menganggapnya unik. Campuran (mix) antara musik modern dan tradisional adalah sebuah ide atau konsep yang unik.
Unik, memang. Tapi Weird Genius tidak sendirian dan bukanlah yang pertama. Masih ada Alffy Rev. Bernama asli Awwalur Rizqi Al-Firori, Alffy sering meng-cover lagu-lagu nasional dan lagu-lagu pop.
Dalam cover-cover yang dibuatnya, Alffy selalu memasukkan unsur musik tradisional, di-mix dengan EDM. Cover-nya terhadap lagu kebangsaan Indonesia Raya bahkan sempat menjadi perdebatan, antara yang pro dan kontra.
Setelah agak lama tidak mengeluarkan cover lagu, akhirnya Alffy hadir dengan karya sendiri "Mother Earth". Dengan konsep yang hampir sama dengan Lathi, apakah Mother Earth akan berhasil mengikuti jejak kesuksesan Lathi? Akan kita lihat nanti.
Semuanya digawangi oleh musisi-musisi handal dengan skill yang tak perlu diragukan lagi. Seperti : Chandra Darusman, Erwin Gutawa, Aminoto Kosin (Karimata). Dan : Indra Lesmana, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadhan, Tri Utami (Krakatau).
Penggabungan unsur musik tradisional sangat terasa pada beberapa karya mereka. Seperti pada kompoisisi "Anjeun", "East to West", "Paddy Field", "Seng Ken Ken" dan "Take Off to Padang" dan komposisi-komposisi lain terutama di album Jezz (Karimata). Atau pada komposisi "Barala Duit", "Cah Mie Kung", "Impenan-Impenan", "Bubuka" dan komposisi-komposisi lain terutama di album Magical Match dan Mystical Mist (Krakatau).
Apalagi tanpa ada video klip yang mendukung karya-karya mereka. Jadi sangat wajar jika jumlah view video mereka di You Tube tidak lebih dari 100 K saja. Sangat kontras jika dibandingkan dengan Weird Genius dan Alffy yang menganggap video klip yang 'eye catching' adalah bagian dari marketing karya mereka.
Di era ini juga muncul nama Elfa Secioria dan grup vokalnya, Elfa's Singers. Elfa dan Elfa's Singers beberapa kali menghasilkan seri album "From Indonesia with Love" yang berisi lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia.
Dengan kemasan vokal yang sangat bagus dan aransemen musik yang sangat ciamik Elfa dan Elfa's Singers telah berhasil mengangkat derajat lagu daerah menjadi sajian yang menghibur sekaligus membangkitkan semangat nasionalisme kita.
Pagelaran Guruh selalu menghadirkan suasana yang glamor, wah dan extravaganza. Guruh juga selalu melibatkan musisi, penyanyi dan penari papan atas. Seperti ; Elfa Secioria, Adhie MS, Chrisye, Ahmad Albar, Vina Panduwinata, Tika Bisono, Harvey Malaiholo, Euis Darliah, Titi Qadarsih, Denny Malik, dll.
Saya pikir mas Guruh lah pelopor dalam urusan penggabungan seni tradisional dam modern. Satu hal yang pasti bahwa dari era mas Guruh sampai era Eka Gustiwana, Indonesia penuh dengan orang-orang jenius dalam berkarya seni. Apalagi ditunjang dengan beragam budaya daerah yang luar biasa, wajar jika membuat iri bangsa lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H