Para pelamar makin tercenung.Beberapa di antaranya menundukkan kepala.
LSM Â Â Â Â Â : "Itu belum terhitung dengan pengorbanannya saat hamil dan melahirkan kita. Nyawa jadi taruhannya.Meskipun begitu, tanpa kita sadari, kita sering memperlakukan ibu seperti pembantu rumah tangga kita.Tanpa kita sadari, kita sering meminta ini dan itu kepada ibu, minta dibikinin ini dan itu tanpa memperdulikan kondisi ibu. Bikin rumah jadi berantakan lagi tanpa menyadari betapa capek dan lelahnya ibu yang sudah merapikannya."
Para pelamar makin terdiam.Beberapa diantara tampak berlinang air matanya.
LSM Â Â Â Â Â : "Ibu nggak pernah menuntut upah atas semua itu. Beliau lakukan sebagai bentuk kasih sayangnya pada kita, anak-anaknya.Jadi, jangan pernah kecewakan apalagi menyakitinya.Buatlah ibu tersenyum.Bagi yang udah nggak punya ibu, kirim do'a untuknya.Itu udah cukup sebagai balas jasa kita pada ibu kita.
Beberapa pelamar tampak menangis.
LSM Â Â Â Â Â : "Kami mohon maaf, karena kami sebetulnya tidak sedang membuka lowongan kerja. Ini hanyalah sebagian dari program kami untuk menumbuhkan kesadaran akan peran penting kaum perempuan, terutama ibu. Jika ada yang merasa keberatan atau merasa tertipu dengan wawancara ini, silakan ambil uang kompensasi transport Anda di bagian keuangan.Tapi, jika merasa bermanfaat, kami persilakan Anda untuk pulang.Temui Ibu Anda masing-masing, minta maaf kepadanya dan senangkan hatinya dengan membantu meringankan beban kerjanya.Terima kasih."
Beberapa pelamar langsung pamit pulang.Ada juga yang masih duduk termenung sambil menahan tangis.
To all mother in the world, we're nothing withouy you.
*) Terinspirasi oleh sebuah video lama di WAG dengan banyak perubahan dialog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H