Anda pernah menonton film “Close Encounters of The Third Kind” hasil arahan sutradara Steven Spielberg? Sebuah film yang membuka wawasan, setidak buat saya. Film yang dirilis tahun 1977 itu berkisah tentang kontak antara manusia dengan makhluk luar angkasa (alien). Menariknya hampir sepanjang film justru menceritakan bagaimana drama sebelum kontak terjadi. Mulai dari bagaimana cara mereka (alien) menjalin komunikasi dengan manusia.
Perubahan sikap pada orang-orang yang terpilih sebagai ‘perantara’. Di mana titik pertemuan/kontak akan diadakan. Pihak militer yang terpaksa harus menyebarkan berita bohong dan bersandiwara dengan adanya ancaman gas beracun kepada penduduk di sekitar Devil’s Tower, Wyoming, sehingga penduduk di sekitar Devil’s Tower harus dievakuasi.
Dikarenakan Devil’s Tower akan dijadikan titik pertemuan dengan makhluk luar angkasa. Sampai dengan kejadian-kejadian yang tidak masuk akal sebagai sinyal akan keberadaan makhluk luar angkasa tersebut, antara lain : beberapa pesawat tempur yang diberitakan hilang pada Perang Dunia II ditemukan di tengah gurun Sonora, Mexico, kapal laut Cotopaxi yang juga ditemukan di tengah gurun Gobi, Mongolia dan komunikasi antara kru ATC bandara Indianapolis dengan pilot yang mengatakan melihat cahaya yang menyilaukan mata, dengan lintasan yang tidak beraturan.
Lantas siapa Zoltán Kodály? Zoltán Kodály (1882-1967) adalah seorang komposer yang berasal dari Hongaria. Selain sebagai komposer, dia juga seorang; ahli filsafat, etnomusikologis, pengajar dan penulis buku.
Zoltán Kodály dikenal dengan “Kodály Hand Sign Method”. Sebenarnya ‘hand sign’ ini bukan asli ciptaan Zoltán Kodály. Awalnya ‘hand sign’ atau ‘tanda tangan’ ini diciptakan oleh Reverend John Curwen (1816-1880), tetapi dikembangkan, disempurnakan dan dipopulerkan oleh Zoltán Kodály. Sehingga hampir semua kalangan menyebutnya sebagai “Kodály Hand Sign Method”.
Masing-masing ‘tanda tangan’ ini mewakili satu tangga nada, do-re-mi-fa-sol-la-si, atau biasa disebut dengan ‘solmisasi’. Cara memperagakan ‘tanda tangan’ Kodály ini yang benar adalah dengan memulai nada ‘do’ posisi tangan setinggi pinggang. Naikan tangan secara pelan-pelan hingga pada nada ‘si’ tangan tepat berada di posisi mata kita. Idenya adalah bahwa anak-anak yang belum bisa membaca not balok akan lebih mudah menyanyikan nada yang tepat dengan melihat perbedaan bentuk dan ketinggian ‘tanda tangan’ tersebut.
Metode ‘tanda tangan’ Kodály telah berhasil menjembati komunikasi antara guru musik dengan anak-anak didiknya. Ketika komunikasi dengan bahasa verbal mengalami hambatan, maka bahasa simbol atau kode mengambil alih peran itu. Seperti halnya dengan kode Morse yang berhasil menyampaikan pesan dengan ‘ketukan’. Bagi Anda yang berkecimpung di dunia kepramukaan pasti tidak asing dengan kode semafor. Komunikasi simbol ini juga dipakai oleh para marshaller yang mengarahkan pilot ketika memarkir pesawat di apron.
Bagaimana dengan Saung Angklung Udjo? Saung Angklung Udjo (SAU) adalah sebuah sanggar musik angklung yang terdapat di Bandung, Jawa Barat. Saat ini SAU bukan hanya menjadi kebanggan warga Sunda, tetapi sudah menjadi kebanggaan nasional. SAU, yang dikelola oleh keluarga Udjo Ngalagena ini, sudah menjadi salah satu tujuan wisata di Bandung. SAU berhasil mengangkat derajat alat musik tradisional (angklung), yang dulu dianggap kampungan sekarang menjadi sangat keren. Tidak mengherankan, sekarang angklung sering tampil di luar negeri. Diangkatnya angklung sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada tahun 2010, juga termasuk salah satu hasil perjuangan beliau.
Di SAU Anda bisa belajar segalanya tentang angklung. Dari sejarah, cara pembuatan sampai belajar memainkan angklung. Setiap sore juga digelar pertunjukan permaian angklung, yang selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah dan turis mancanegara. Para pengunjung selalu antusias dan berdecak kagum dengan pertunjukan orkestra angklung ini, karena angklung mampu memainkan semua jenis musik dan lagu.
Mulai lagu daerah dari berbagai daerah di seluruh nusantara sampai lagu-lagu nasional. Lagu-lagu pop Indonesia sampai lagu-lagu pop barat. Bahkan lagu dan komposisi rumit sekelas “Bohemian Rhapsody”-nya Queen, “Symphony no.5”-nya Beethoven dan “Symphony no.40”-nya Mozart pun mampu dimainkan (cari sendiri videonya di Youtube).
Belajar angklung di SAU memang sangat menyenangkan sehingga banyak anak kecil yang sekarang tertarik memainkan angklung. Bahkan berkat dukungan teknologi, sekumpulan anak muda Indonesia berhasil memainkan angklung secara bersamaan dari tiga kota di tiga negara yang berbeda; Bandung (Indonesia), Hamburg (Jerman) dan Eindhoven (Belanda). Sebuah upaya yang membuat saya bangga dan terharu, meski saya bukan orang Sunda. Videonya ada di sini.
Anda bisa melihat bagaimana pengajaran SAU kepada pengunjung dalam video yang diunggah oleh akun PC Nijssen, seorang turis dari Belanda berikut ini.
Berikut ini video trailer film “Close Encounters of The Third Kind”.
Sumber :
- choirly.com/kodaly hand sign
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H