Mohon tunggu...
Mas Teddy
Mas Teddy Mohon Tunggu... Buruh - Be Who You Are

- semakin banyak kamu belajar akan semakin sadarlah betapa sedikitnya yang kamu ketahui. - melatih kesabaran dengan main game jigsaw puzzle. - admin blog https://umarkayam.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenapa Boy Band atau Girl Band Tidak Pernah Bertahan Lama?

19 Mei 2016   15:28 Diperbarui: 20 Mei 2016   01:02 3383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Take That (gambar dr music.fanpage.it)

Industri musik, baik dalam maupun luar negeri, pernah diramaikan dengan fenomena yang bernama boy band dan girl band. Ketika mereka sedang berada di puncak popularitas, histeria penggemarnya begitu luar biasa. Mengalahkan histeria kampanye pilleg dan pilkada. Tapi begitu popularitasnya sudah turun, mereka lenyap bagaikan ditelan bumi. Hanya penyisakan beberapa personilnya yang berusaha bertahan dengan bersolo karir.

Mengapa popularitas mereka, boy band dan girl band, tidak bertahan lama? Paling akan bertahan hanya beberapa tahun saja.

Ini beberapa penyebabnya.

  • Alasan pembentukannya

Kebanyakan boy band atau girl band terbentuk bukan karena alasan idealisme para personilnya. Melainkan karena mengikuti tren industri musik, dibentuk oleh produser rekaman, karena gabungan para peserta ajang pencarian bakat atau karena adanya sponsor.

Begitu ada satu boy band atau girl band menghasilkan hit dan terkenal, seakan dikomando, langsung bermunculan  boy band dan girl band. Sekelompok cowok dan cewek yang merasa bisa menyanyi, langsung membentuk boy band dan girl band. Sang produser rekaman yang hidungnya kembang kempis mencium peluang, langsung mengadakan audisi untuk menjaring calon personil boy band dan girl band.

Alasan-alasan demikian tentu saja rentan membuat sebuah boy band atau girl band bubar di tengah jalan, bahkan terkadang sebelum sempat mencapai puncak popularitasnya. Begitu tren industri musik berganti, bubar. Begitu sang produser melihat sudah tidak ada prospek lagi, bubar. Begitu sang sponsor merasa tidak bisa balik modal, bubar.

Ambil contoh, girl band Sunny yang menjadi juara satu kontes Boy Band dan Girl Band Indonesia. Setelah menjadi juara, ke mana mereka? Haruskah saya bertanya ke rumput yang bergoyang? Cherrybelle yang sempat mengadakan audisi untuk menggantikan personil yang keluar, begitu personil anyar masuk sampai saat ini juga tidak kedengaran lagi kiprahnya. Begitu juga One Direction, yang personil alumni dari peserta ajang pencarian bakat di Inggris. Saat ini salah satu personilnya, Zayn Malik, sudah keluar dan bersolo karir. Entah berapa lama lagi One Direction akan bertahan.

Tidak ada idealisme, cita-cita, kesamaan ide atau kesamaan konsep yang menjadi pengikat kebersamaan mereka. Tidak ada sesuatu yang bisa membuat mereka bertahan.

  • Kemampuan menyanyi

Di setiap boy band atau girl band pasti ada yang –sebenarnya- tidak bisa menyanyi atau  tidak punya teknik atau kemampuan menyanyi. Vokalnya pun tidak bagus-bagus amat alias pas-pasan. Tetapi kekurangan mereka tertutupi oleh kemampuan menyanyi dan vokal personil lainnya. Akibatnya personil yang merasa bisa menyanyi dan vokalnya cukup bagus memilih keluar kemudian bersolo karir. Namun setelah keluar pun ternyata karirnya tidak bagus-bagus amat.

Take That (gambar dr music.fanpage.it)
Take That (gambar dr music.fanpage.it)
Ambil contoh, Gary Barlow. Setelah keluar dari Take That, Gary Barlow sempat menghasilkan hits “Forever Love”. Tapi setelah itu, tenggelam. Mantan anggota Take That yang lain, Robbie Williams, bernasib sedikit lebih baik. Meski sekarang juga sudah tidak terdengar lagi kiprahnya, paling tidak dia menghasilkan lagu hit lebih banyak dari Gary Barlow. Seperti “Better Man”, “Angel”, “She’s The One” dan duetnya dengan aktris Nicole Kidman, “Something Stupid”. Ronan Keating, idem ditto. Setelah tidak bersama Boyzone lagi, Ronan Keating sempat menghasilkan hits “When You Say Nothing At All” dan “Life’s Like A Rollercoaster”. 

Namun setelah itu, tidak pernah muncul lagi. Demikian juga dengan Joey McIntyre. Alumni New Kids on The Block ini mencoba survive dengan single “Stay The Same”, namun single tersebut tidak bisa mendongkrak kembali popularitasnya. Nasib serupa dialami Smash, boy band paling populer di Indonesia. Setelah ditinggal Morgan Oey, yang memilih jalur akting, Smash tidak terdengar lagi aktivitasnya. Personil lainnya lebih memilih jadi MC di beberapa acara TV dan bintang iklan.

Hanya beberapa penyanyi jebolan boy band dan girl band yang bisa bertahan. Beberapa contohnya : Enrique Martin Morales alias Ricky Martin, Michael Jackson, Diana Ross dan Beyonce. Setelah tidak tergabung dengan Menudo, karir solo Ricky Martin lebih moncer dan menikmati popularitas lebih lama dari yang lain. Dia terbilang sukses bersolo karir. Michael Jackson yang menjelma jadi King of Pop dulunya tergabung dalam The Jackson Five, bersama kakak-kakaknya. Begitu juga dengan Diana Ross, setelah tidak bersama The Supremes, karir Diana Ross lebih berkibar dan dikenal sebagai salah satu diva musik pop dunia. Setelah keluar dari Destiny’s Child, saat ini Beyonce masih menikmati popularitasnya. Tapi entah sampai kapan dia akan bertahan, waktu yang akan membuktikan.

Destiny's Child (gambar dr youtube.com)
Destiny's Child (gambar dr youtube.com)
  • Menjual kemasan

Tidak bisa dipungkiri, hampir semua boy band dan girl band lebih mengutamakan kemasan atau penampilan daripada isinya. Yang boy band lebih mengutamakan koreografi yang kompak dan menghentak. Sedangkan yang girl band lebih mengutamakan penampilannya. Jika melihat penampilan Super Junior, Cherrybelle atau JKT48, Anda bisa menilai sendiri penampilan seperti apa yang menjadi ciri khas mereka sehingga mudah dikenali dan diingat penggemarnya.

Penampilan memang penting, karena itu salah satu konsekuensi sebagai orang panggung. Penampilan memang harus dijaga supaya penggemar tidak cepat bosan. Namun jika terlalu konsentrasi ke penampilan akibatnya lagu-lagu yang dibawakan jadi tidak semenarik penampilannya.

Meski penampilan juga penting, pihak manajemen boy band atau girl band sepertinya tidak menyadari hal ini. Saya tidak tahu apa yang ada di kepala manajemen Cherrybelle dan JKT48 yang penampilannya tidak mengalami perubahan yang cukup ‘signifikan’ semenjak pertama kali muncul. Apakah pihak manajemen tidak menyadari bahwa penonton mulai bosan melihat girl band idola mereka berpenampilan seperti itu-itu terus. Tidak ada perubahan yang menonjol. Jika penggemar sudah mulai dihinggapi rasa bosan, pertanda kiamat bagi sebuah boy band dan girl band.

Karena menjual kemasan atau penampilan, akan datang masanya bahwa kemasan atau penampilan yang dibawakan sudah tidak cocok lagi dengan usia mereka. Publik akan menertawakan mereka jika masih memaksakan penampilan yang sudah tidak cocok dengan usia mereka.

Meski kebanyakan menjual kemasan atau penampilan, masih ada juga boy band atau girl band yang menjual kualitas suara dan kemampuan menyanyi. Kebanyakan mereka dari kalangan kulit hitam, seperti Boyz II Men dan All 4 One. Atau mereka yang mengambil aliran grup acapella, seperti Jamaica Café.

All 4 One (gambar dr allmusic.com)
All 4 One (gambar dr allmusic.com)
  • Pangsa pasar terbatas

Seperti kita ketahui, segmen penggemar boy band dan girl band adalah para remaja sampai mereka yang menjelang dewasa. Kalau diukur usia, antara usia 15 sampai 25 tahun. Begitu usia kita melewati batas tersebut, kita akan merasa sudah bukan masanya lagi menggemari boy band atau girl band. Kita pun akan meninggalkan boy band dan girl band tersebut, untuk kemudian mencari idola atau penyanyi pujaan baru.

  • Mengandalkan lipsync saat show

Hayoo … angkat tangan, siapa yang pernah lihat pertunjukan panggung Cherrybelle, JKT48 atau bahkan Super Junior lengkap dengan band pengiringnya ada di atas panggung? Pihak manajemen tidak mau repot-repot dengan mengerahkan band pengiring atau takut ketahuan suara aslinya, maka ditempuh cara dengan menggunakan iringan musik play back. Hasilnya kita hanya disuguhi personil boy band dan girl band yang sekedar mangap-mangap, komat-kamit mengikuti play back-nya.

Cherrybelle (gambar dr pamborsfm.com)
Cherrybelle (gambar dr pamborsfm.com)
Bagi kebanyakan manajemen cara lipsync ini dianggap aman untuk menjaga performa boy band atau girl band di panggung. Sulit dibayangkan ketika sebuah boy band yang sedang jingkrak-jingkrak di panggung bisa menghasilkan vokal yang stabil dan jernih seperti saat rekaman. Suara ngos-ngosan, serak dan helaan nafas pasti akan sampai ke telinga penonton. Butuh latihan ekstra ketat untuk menjaga kualitas vokal tetap jernih sambil menari di atas panggung. Perasaan takut karena akan ketahuan kualitas suaranya yang pas-pasan, membuat mereka menjatuhkan pilihan ke lipsync.

Cara demikian sebenarnya sangat berisiko. Jika sampai play back-nya macet atau bahasa jadulnya ‘kasetnya kriwul alias nglokor’, maka jangan harap akan mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Lemparan botol, sandal dan sorak cemoohan yang didapat.

Ekspose yang tidak merata

Sudah menjadi kodrat manusia untuk berbeda dengan yang lain. Meskipun sudah mengenakan seragam yang sama, model rambut yang sama, gerakan pun sama tetap saja akan ada satu dua yang berbeda. Entah karena kepribadiannya (murah senyum, banyak bicara, pendiam, jutek dan lain sebagainya) atau karena dituakan oleh teman-temannya, sehingga ditunjuk menjadi pimpinan atau juru bicara kelompok mereka. Kondisi ini akan membuat para juru warta sering menyorot, mewawancara, meminta konfirmasi, mewartakan atau meliput personil yang lebih menonjol tersebut. Akhirnya, meski dikenal sebagai sebuah grup akan selalu ada beberapa personil yang mendapat porsi pemberitaan lebih banyak dari personil yang lain, bahkan bisa jadi akan berimbas juga ke rejeki yang yang tidak merata.

Demikianlah, seperti kata-kata orang bijak bahwa mempertahankan sesuatu selalu lebih sulit daripada merebut atau membentuknya.

Dan bagi para penggemar boy band dan girl band, jangan khawatir, tren musik akan selalu berputar. Meski sekarang sedang sepi dari gempuran boy band dan girl band, suatu saat tren itu akan datang lagi.

Don’t worry be happyThere’s no business like show business.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun