Mohon tunggu...
Mas Teddy
Mas Teddy Mohon Tunggu... Buruh - Be Who You Are

- semakin banyak kamu belajar akan semakin sadarlah betapa sedikitnya yang kamu ketahui. - melatih kesabaran dengan main game jigsaw puzzle. - admin blog https://umarkayam.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Apa Arti Angka di Ujung Landasan Pacu Bandara?

20 Februari 2016   10:40 Diperbarui: 19 Juli 2016   17:00 7435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda pernah naik pesawat terbang? Belum pernah? Ya sudah, tidak apa. Jika suatu saat nanti Anda naik pesawat terbang, coba perhatikan ini. Ketika pesawat yang Anda naiki akan lepas landas, dia berjalan perlahan melewati taxiway menuju runway atau landasan pacu kemudian berputar di ujung landasan pacu. Ketika pesawat berputar, lihatlah keluar jendela pesawat, ke arah landasan pacu. Anda akan melihat angka yang ditulis besar-besar di aspal landasan pacu tersebut. Apa arti angka tersebut? Bagaimana cara menentukan angka tersebut?

Angka tersebut selain berfungsi sebagai identitas landasan pacu juga menunjukkan ke mana landasan pacu tersebut mengarah. Arah timur-barat? Utara-selatan? Ataukah serong barat laut-tenggara atau barat daya-timur laut? Bagaimana cara menentukan angka-angka tersebut?

Sebelum menentukan arah landasan pacu, perencana bandara akan melakukan survey lebih dulu terhadap arah angin dominan atau arah angin yang paling sering terjadi di lokasi calon bandara tersebut. Setelah mengetahui arah angin dominan di lokasi calon bandara, biasanya sang perencana akan merencanakan arah landasan pacu searah dengan arah angin dominan tersebut. Misal, arah angin dominannya adalah ke arah timur, maka rencana landasan pacu pun akan dibuat mengarah timur-barat. Mengapa? Pesawat yang sedang lepas landas berlawanan arah angin akan memperpendek jarak take-off. Sedang pesawat yang mendarat berlawanan dengan arah angin juga akan memperpendek jarak landing-nya.

Bagaimana jika arah angin tidak ada yang dominan? Aspek pemanfaatan lahan dengan layout landasan pacu dan bangunan terminal yang efisien akan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan arah landasan pacu.

Berbeda dengan kompas, mata angin, gambar masterplan dan gambar-gambar rencana lain, yang mengambil arah utara sebagai acuan, penentuan arah landasan pacu mengambil arah selatan sebagai acuan. Arah selatan dianggap sebagai titik 0˚. Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

[caption caption="Cara menentukan arah landasan pacu. Garis hijau adalah garis mata angin."][/caption]

Misal, sebuah landasan pacu mengarah 40˚ dari arah selatan, berarti mengarah barat daya-timur laut. Caranya, putar searah jarum jam dari arah selatan sebesar 40˚. Di ujung landasan tersebut (arah barat daya) akan ditulis angka 4 atau 04 (mewakili 40˚). Bagaimana dengan angka di ujung lain (arah timur laut) dari landasan pacu tersebut? Tambahkan sudut 180˚ dari sudut 40˚, diperoleh sudut sebesar 220˚. Di ujung landasan yang arah timur laut tersebut akan ditulis angka 22 (mewakili sudut 220˚).

Contoh lain, sebuah landasan pacu mengarah 130˚ dari arah selatan, berarti mengarah barat laut-tenggara. Dengan cara yang sama seperti di atas, maka di ujung barat laut landasan pacu tersebut akan ditulis angka 13 (mewakili 130˚). Sedangkan di ujung tenggara landasan pacu tersebut akan ditulis angka 31 (mewakili 310˚ yang diperoleh dari 130˚ + 180˚). Untuk lebih mudahnya, selisih angka antara ujung landasan yang satu dengan lainnya adalah 18 (mewakili sudut 180˚, karena landasan pacu pasti lurus. Belum ada sejarahnya landasan pacu bengkok).

Bagaimana jika landasan pacu tersebut mengarah persis utara-selatan? Jika demikian, maka ujung utara landasan pacu akan ditulis angka 18 (mewakili 180˚ dari arah selatan). Ujung selatan landasan pacu akan ditulis 36. Landasan pacu Bandara Sam Ratulangi, Manado bisa menjadi contoh untuk kasus ini.

[caption caption="Cara menentukan arah landasan pacu. Garis hijau adalah garis mata angin."]

[/caption]

[caption caption="Ujung selatan landasan pacu Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara"]

[/caption]

Uraian di atas diperuntukkan bagi bandara dengan landasan pacu tunggal. Bagaimana dengan bandara-bandara besar yang mempunyai landasan pacu lebih dari satu?

Jika ada dua landasan pacu yang sejajar, maka akan ditambahi notasi R (right/kanan) dan L (left/kiri) di bawah angka-angka tersebut. Contohnya di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Bandara Heathrow, London, Bandara Flughafen di München dan masih banyak lagi. Jika ada 3 landasan pacu yang sejajar, maka landasan pacu yang tengah akan ditambahi notasi C (center/tengah). Contohnya di Bandara Changi, Singapura. Tambahan notasi R, L dan C ini akan memudahkan pilot di landasan pacu mana dia harus mendaratkan pesawatnya, sesuai arahan petugas menara kontrol (ATC).

[caption caption="Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng dengan dua landasan pacu yang sejajar."]

[/caption]

[caption caption="Bandara Flughafen di Munchen, Jerman dengan dua landasan pacu yang sejajar."]

[/caption]

[caption caption="Notasi pada dua landasan pacu yang sejajar di Bandara John F. Kennedy, New York."]

[/caption]

[caption caption="Notasi pada landasan pacu tengah di Bandara Changi, Singapura."]

[/caption]

Bagaimana jika ada 4 landasan pacu yang sejajar? Sampai saat ini saya belum menemukan bandara yang punya 4 landasan pacu yang sejajar. Bandara Charles de Gaulle di Paris sepertinya memiliki 4 landasan pacu yang sejajar. Tidak. Faktanya 2 landasan pacu yang di utara arahnya persis barat-timur (90˚). Sedang 2 landasan pacu yang di selatan sedikit miring (80˚). Jika ada 4 landasan pacu, pasti akan dibuat serong, bersimpangan atau saling silang. Bandara-bandara besar di Eropa dan Amerika banyak yang mempunyai landasan pacu lebih dari 3, tetapi arah landasan pacunya ‘seperti tidak beraturan’.

[caption caption="Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis dengan empat landasan pacu yang hampir sejajar."]

[/caption]

[caption caption="Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda dengan lima landasan pacu yang terkesan 'semrawut'."]

[/caption]

Mengapa ‘seperti tidak beraturan’? Apa tidak direncanakan dengan baik? Seperti yang sudah saya tulis di atas, arah landasan pacu yang tidak beraturan, serong, bersimpangan atau bahkan saling silang adalah untuk mengoptimalkan lahan. Selain itu landasan pacu yang bersimpangan atau saling silang juga untuk mengantisipasi adanya crosswind atau angin samping. Seandainya terjadi angin samping yang cukup kuat, pilot bisa mengalihkan pendaratan pesawatnya dengan memakai landasan pacu yang searah dengan angin samping tersebut. Sebab jika memaksakan mendarat di landasan pacu yang mengalami angin samping, pesawat bisa ‘ngépot’ (banyak videonya di youtube).

Namun demikian, landasan pacu yang bersimpangan atau saling silang mempunyai risiko yang yang lebih besar terhadap tabrakan pesawat. Untuk itu diperlukan petugas menara kontrol (ATC) yang cakap. Beberapa contoh bandara dengan landasan pacu yang bersimpangan atau saling silang: Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, Bandara El Prat di Barcelona, Bandara Haneda di Tokyo, Bandara JFK di New York, Bandara Ronald Reagan di Washington dan masih banyak bandara lainnya.

[caption caption="Dua landasan pacu Bandara Sultan Hasanuddin, Makasar yang saling silang. Salah satu landasan pacu diperuntukkan pesawat militer."]

[/caption]

[caption caption="Bandara El Prat, Barcelona, Spanyol, mempunyai landasan pacu yang bersimpangan."]

[/caption]

[caption caption="Persimpangan landasan pacu (16R dan 22) di Bandara Haneda, Tokyo,Jepang."]

[/caption]

[caption caption="Bandara John F. Kennedy, New York, mempunyai empat landasan pacu yang saling silang."]

[/caption]

[caption caption="Bandara Ronald Reagan, Washington, mengoptimalkan lahan dengan landasan pacu yang bersimpangan."]

[/caption]

Sekian dulu tulisan yang tidak bermanfaat ini (terutama buat penumpang).

Terima kasih telah terbang bersama Masteddy Air. Sampai bertemu di penerbangan kami berikutnya”.

 

#) Buat mas admin, mohon maaf saya tidak menemukan kategori yang cocok untuk tulisan saya ini.

*) Gambar sketsa pribadi

**) Gambar capture dari Google Earth

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun