Sebagai bunga desa, kecantikan Bondetina sudah tersohor ke seluruh pelosok desa. Hampir setiap pemuda berharap bisa menjadi suami Bondetina.
Al kisah, empat orang pemuda memberanikan diri menghadap Bondet, ayah Bondetina, dengan maksud hendak meminang Bondetina menjadi istrinya. Demi mendapatkan calon menantu yang “qualified”, Bondet melakukan ‘fit and proper test’ kepada ke empat pemuda nekat tersebut.
Pemuda pertama maju.
“Siapa namamu ?”
“Anas, Pak.”
“Hafal surat An-Nas, nggak ?”
“Hafal, Pak.”
“Coba !”
Kemudian Anas pun mengucapkan surat An-Nas dengan benar dan lancar. Bondet pun puas. Anas pun tersenyum karena yakin pasti akan terpilih.
Pemuda ke dua maju.
“Siapa namamu ?”
“Ma’un, Pak.”
“Hafal surat Al-Maa’un, nggak ?”
“Hafal, Pak.”
“Coba !”
Kemudian Ma'un pun mengucapkan surat Al-Maa’un dengan benar dan lancar. Bondet pun puas. Ma’un pun tersenyum karena yakin pasti akan terpilih, karena surat Al-Maa’un lebih panjang dari surat An-Nas.
Pemuda ke tiga maju.
“Siapa namamu ?”
“Yasin, Pak.”
“Hafal surat Yaa siin, nggak ?”
“Hafal, Pak.”
“Coba !”
Kemudian Yasin pun mengucapkan surat Yaa siin dengan benar dan lancar. Bondet pun puas. Yasin pun tersenyum karena merasa yakin pasti akan terpilih, karena surat Yaa siin lebih panjang dari surat An-Nas dan Al-Maa’un.
Pemuda ke empat maju.
“Siapa namamu ?”
“Ibrahim, Pak.”
“Hafal surat Ibrahim, nggak ?”
“Ee … ee … nganu, …. nganu, Pak. Nganu …. “
“Kenapa nganu, nganu ? Nggak hafal, ya ?!”
“Nganu, Pak … namanya saya memang Ibrahim, tapi saya biasa dipanggil “Qul-hu”, Pak. Boleh ngafalin surat Qul-hu, Pak ?”
Selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan.
