Pertama kali mengalaminya, saya nggak terlalu perhatikan. Tapi setelah beberapa kali mengalami hal yang hampir sama, saya mulai berpikir, jangan-jangan memang betul. Uang recehan logam sudah tidak ada harganya lagi.
Kejadian pertama. Suatu hari datang seorang pengemis. Saya perhatikan, usianya belum terlalu tua. Fisiknya pun juga masih cukup segar dan kuat. Saya bilang pada anak saya supaya memberinya uang. Anak saya mengacungkan dua keping uang logam Rp. 500,- untuk konfirmasi ke saya. Saya iyakan. Tetapi apa yang terjadi, justru membuat saya kaget. Uang tersebut langsung dibuang di parit depan rumah.
"Kurang ajar ! Gak tau diri !" batin saya.
Saya yang kerja setengah mati aja, masih mau terima, kok. Ini tinggal minta aja gak mau terima. Ingin rasanya saya marah, tapi si pengemis sudah terlalu jauh.
Kejadian ke dua. Selesai urusan di sebuah bank, saya mendapat seikat uang logam sebagai kembalian. Saya itung, 5 buah uang logam Rp. 200,- yang diikat jadi satu dengan selotip. Di tempat parkir, semua uang logam tersebut saya serahkan ke tukang parkir. Di luar dugaan saya,
"Tukar uang kertas, Pak. Dah gak laku uang receh begini." katanya.
"Gak laku gimana ? Ini uang dari bank !" bantahku.
"Iya, tapi di rumah anak-anak dah gak mau terima, Pak."
Kejadian ke tiga. Suatu sore anak saya minta beli mainan ke Pak Bas (sebutan untuk penjual mainan anak keliling). Lagi, saya kasih anak saya 5 keping uang Rp. 200,- dan 1 keping uang Rp. 500,-. Laporan anak saya setali tiga uang dengan kedua kejadian di atas. Pak Bas tidak mau terima uang logam recehan.
Kejadian ke empat lebih konyol lagi. Kejadian ini menimpa kakak saya. Kakak saya bermaksud beli meterai 6000 di kantor pos. Dan dibayar dengan 12 keping uang logam Rp. 500,-. Si Mbak petugas loket bilang,
"Pakai uang cash aja, Pak."