Mohon tunggu...
Maheido
Maheido Mohon Tunggu... Penulis - Blogger Animasi

Penggemar karya animasi dan komik. Blog pribadi: www.maheidoku.web.id

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Sekarang, Kartun Animasi Bukan Lagi "Tontonan Anak"

20 Maret 2024   13:29 Diperbarui: 21 Maret 2024   03:00 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai sekarang, banyak di antara kita yang masih berpandangan bahwa kartun/animasi adalah "tontonan anak kecil".

Walau kamu dan aku sudah tidak lagi berpikir begitu, rasanya banyak orang di sekitar kita yang masih berpandangan begitu.

Desain karakter dan lingkungan yang sederhana, plot cerita yang ringan, serta visual yang tidak nyata, membuatnya sempurna sebagai hiburan anak-anak.

Namun di saat yang sama, hal itu juga terkadang menjadi alasan animasi tidak begitu diminati atau dilirik oleh khalayak dewasa.

Film dan serial animasi sering dirasa kurang menghibur karena ceritanya yang terlalu ringan (naif) dan visualnya yang kurang "realistis".

Populernya karya animasi di kalangan anak-anak juga terkadang membuat orang dewasa merasa segan untuk masuk ke dunia khayal ini.

Namun, akhir-akhir ini keadaan mulai berubah dan tren itu terjadi cukup cepat hingga telah memengaruhi industri secara signifikan.

"Tontonan Anak"

Setelah sekian lama, sebenarnya kini animasi sudah tidak terlalu melekat dengan cap "tontonan anak" berkat kesuksesan anime membidik generasi remaja selama bertahun-tahun.

Sama seperti kartun lain, animasi Jepang juga awalnya hanya menyasar anak-anak karena saat itu animasi masih diposisikan sebagai hiburan untuk anak.

Makanya di masa lalu banyak muncul kartun Jepang bercerita ringan dengan tokoh utama anak-anak seperti Doraemon, Pokemon, dan Captain Tsubasa.

Masuk tahun 2000, barulah jenis kartun yang beredar mulai berubah, kartun bertokoh utama remaja seperti Detektif Conan, Naruto Shippuden, Bleach, dan One Piece mulai naik daun.

Pergeseran audiens anime dari anak kecil menuju remaja mulai terjadi sejak saat itu. Ini dapat dirasakan terjadi melintasi beberapa generasi hingga hari ini.

Hadir membawa visual yang lebih "realistis" dan sinematik dikombinasikan cerita yang emosional membuat animasi Jepang menarik hati banyak kalangan remaja.

Perbedaannya dengan kartun-kartun barat untuk keluarga atau anak-anak yang sejak lama telah lebih dulu populer dan sering tayang di televisi juga sangat kentara.

Menangkap Selera Remaja-Dewasa

Dibandingkan kartun-kartun Eropa dan Amerika yang bergaya "Disney", Anime menawarkan desain visual yang lebih "realistis", sinematik, dan konsisten.

Cerita yang disajikan oleh anime cenderung lebih "emosional", lebih dekat keseharian kita. Ini berbeda dengan kartun barat yang unsur fantasinya lebih ditonjolkan.

Dalam perjalanannya, gaya visual dan cerita anime yang seperti itu rupanya cukup disukai kalangan remaja-dewasa karena dianggap lebih atraktif.

Tanda ini bisa kita lihat dari ragam judul anime yang muncul sepuluh tahun ke belakang yang sudah tidak lagi didominasi tokoh utama anak-anak.

Disaat kartun barat masih terjebak memperebutkan penonton anak-anak, anime terus memperluas pasarnya di kalangan remaja hingga dewasa.

Ini membahagiakan bagi industri animasi. Setelah sekian lama, akhirnya ditemukan formula yang cocok untuk menjual animasi hingga ke kalangan dewasa.

Berkaca dari keberhasilan anime pada masa sekarang, kini mulai banyak studio animasi yang berani membuat animasi untuk remaja dan dewasa.

Animasi Untuk Semua Orang

Hari ini sudah lebih banyak animasi yang dibuat secara khusus untuk khalayak remaja-dewasa dengan membawa cerita yang lebih berisi dan dramatis.

Berbeda dengan anak-anak, khalayak remaja hingga dewasa lebih menarik karena dianggap sudah punya kemampuan untuk membeli dan mengerti kualitas.

Maka wajar bila animasi yang dibuat untuk mereka umumnya berkualitas baik, mulai dari visual yang "wah" hingga cerita dan penokohan yang lebih dramatis.

Kenapa bisa begitu? Karena untuk memenuhi ekspektasi dan kemauan penggemar yang biasanya sangat tinggi kepada pihak studio yang menggarapnya.

Di sisi lain, meski sudah banyak animasi yang dibuat untuk remaja dan dewasa, khalayak anak-anak tidak ditinggalkan begitu saja oleh industri.

Nyatanya sampai sekarang masih banyak animasi untuk anak dan keluarga yang terus dibuat, baik itu menggunakan gaya animasi 2D maupun 3D.

Satu hal yang pasti bisa diketahui bersama saat ini adalah karya animasi sudah bukan lagi hiburan yang "eksklusif" untuk anak-anak saja.

Penggemar Makin Beragam

Dibandingkan 20 tahun yang lalu, sekarang studio animasi bisa lebih leluasa dalam menentukan karya apa yang ingin dibuat dan bagaimana memasarkannya.

Apalagi didukung dengan semakin banyaknya pilihan media untuk menyalurkannya mulai dari TV, TV Kabel, Platform (Video on Demand) VoD, Streaming, dan Media Sosial.

Bersama dengan semakin besarnya pasar yang bisa diolah, belakangan ini mulai semakin banyak studio animasi baru yang bermunculan.

Sebagai hasilnya, jumlah animasi yang diproduksi saat ini telah semakin banyak, semakin bagus, dan bervariasi dari segi genre, penceritaan, penokohan, dan visual.

Jika pertumbuhan pasar ini bisa terus dipertahankan, bisa dipastikan bahwa masa depan industri animasi seharusnya akan lebih menarik dan menjanjikan.

Sekarang, seharusnya kita tidak lagi menyebut animasi sebagai "tontonan bocah" karena tidak semua kartun animasi dibuat untuk anak-anak.

Penutup

Kita harus menyadari bahwa sekarang karya animasi sudah bukan lagi hiburan atau tontonan yang eksklusif untuk anak-anak saja.

Keberhasilan anime menjadi landasan banyaknya studio animasi sekarang yang mulai berani membuat animasi untuk khalayak remaja dan dewasa.

Melihat perkembangan yang ada sekarang, ungkapan bahwa animasi atau kartun adalah "tontonannya bocah" atau "tontonan anak" seharusnya sudah tidak relevan lagi.

Walau begitu, kartun/animasi masih termasuk kategori "tontonan favorit anak" yang menyenangkan dan akan tetap seperti itu di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun