Mohon tunggu...
Masta Marselina Sembiring
Masta Marselina Sembiring Mohon Tunggu... -

Saya seorang Mahasiswa jurusan keguruan, ingin mencoba menulis apa yang saya pikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"BAHASA INDONESIA TERENDAH LAGI, SALAH GURU ATAU SISWA?"

22 Mei 2010   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAHASA INDONESIA TERENDAH LAGI, SALAH GURU ATAU SISWA?

Oleh : MASTA MARSELINA SEMBIRING (071222120074)


  1. PENDAHULUAN

Ujian akhir bagi siswa sekolah dari tahun ke tahun sampai saat ini masih menjadi permasalahan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Mulai dari penetapan mata pelajaran yang diujikan, nilai standar kelulusan sampai risiko yang harus ditanggung siswa tidak lulus.

“Anjing menggonggong, kapilah tetap berlalu”. Itulah peribahasa yang paling pas untuk menggambarkan kontroversi penyelenggaraan ujian nasional (UN) di negeri kita tercinta ini. Masyarakat luas dari berbagai kalangan, mulai dari para siswa, orang tua siswa, praktisi pendidikan, pengamat pendidikan, akademisi (ahli pendidikan), sampai pada anggota legislatif (DPR), memprotes, dan tidak setuju dengan penyelenggaraan UN. Sekalipun dengan perspektif dan kepentingan yang berbeda, namun mereka sepakat bahwa dampak dari penyelenggaraan UN ini lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya. Para siswa merasa tertekan dan cemas yang berlebihan takut tidak lulus; para orang tua merasa khawatir dengan nasib dan masa depan anaknya; para praktisi pendidikan merasakan penyelenggaran UN menimbulkan diskriminasi terhadap sejumlah mata pelajaran; para pengamat dan akademisi menilai UN tidak sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi pendidikan dan mengesampingkan aspek pedagogis dalam pendidikan; sedangkan sebagian anggota legislatif yang menolak menilai pelaksanaa UN berdasarkan PP No.19/2005 bertentangan dengan UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dan hanya menghambur-hamburkan biaya. Apapun presepsi seseorang mengenai UN, Pelaksanaan UN tetap di laksanakan setiap tahunnya. UN tetap digunakan sebagai penilai kelulusan SD, SMP, SMA/SMK.

Setelah Ujian Nasional (UN) tahun 2010 untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah dilaksanakan pada 22 – 26 Maret 2010, sementara untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan sudah dilaksanakan pada 29 Maret – 1 April 2010. Maka pada tanggal 26 April sudah diumumkan hasil kelulusan untuk SMA dan untuk SMP tanggal 7 Mei. Dari hasil kelulusan tersebut, ternyata siswa diselurus Indonesia setelah dilakukan survei ternyata siswa banyak tidak lulus di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jika melihat data yang diberitakan Kompas, jelas bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran UN yang dianggap paling jeblok dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Jebloknya mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu dievaluasi, sebenarnya yang salah siapa? Betulkah soalnya sangat sulit, ataukah siswanya sendiri yang menganggap enteng Bahasa Indonesia? Apakah guru Bahasa Indonesia yang salah dalam menyampaikan materi, kurikulumnya? Ataukah sistem pendidikan hingga menjadikan nilai UN Bahasa Indonesia di Indonesia terperosok?


  1. PEMBAHASAN

  1. Kelemahan Guru Bahasa Indonesia.

Kelemahan guru di Indonesia, jika kita mawas diri dan introspeksi masih terdapat beberapa sekolah yang guru Bahasa Indonesianya tidak berbasis Bahasa Indonesia. Ada guru olahraga nyambi guru Bahasa Indonesia. Jika demikian, dapat diduga kompetensinya perlu dipertanyakan.

Kelemahan yang paling menonjol dari guru bahasa Indonesia adalah Keadaan guru di Indonesia memiliki kualitas rendah (zaifbio, 2010). Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

Seharusnya para guru Bahasa Indonesia yang melihat hasil kurang bagus dari anak didiknya mau berintrospeksi diri, tetapi justru mencari justifikasi soal UN Bahasa Indonesia. Bahwa kebanyakan soal Bahasa Indonesia merupakan soal yang menjebak atau mengecoh bukan soal yang menguji, inilah yang menjadikan nilai UN anak didiknya sangat memprihatinkan (Kompas, 28/4/10).

Selayaknya, kemerosotan nilai UN Bahasa Indonesia dapat menjadi pemicu dan pelecut untuk mawas diri bagi para guru Bahasa Indonesia. Adakah kekurangan dalam merancang dan menyampaikan materi Bahasa Indosnesia. Guru Bahasa Indonesia ketika menyampaikan materi sering terkesan monoton, menjemukan dan kurang menggairahkan, niscaya anak didik merasa bosan dan kurang tertarik terhadap Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, para pendidik ditutut untuk kreatif dalam mengajar. Satu misal mengubah metode pengajaran, menambah bacaan, pengetahuan demi memperkaya horizon materi Bahasa Indonesia.


  1. Bagaimana siswa menanggapi soal Bahasa Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun