"Ada apa ya kak?" terdengar suara wanita muda yang mengarahkan pertanyaan kepadaku.
"ohh, ia kak! Ini rumah Ardi kan?" tanyaku dengan cepat.
"Iya, dek. Tapi Ardinya sudah pindah sekeluarga" jawab kakak itu dengan membuat hatiku semakin teriris.
"Kakak tahu kemana pindahnya? Dan kapan?" aku bertanya lagi dengan keadaan air mata mengambang.
"Seminggu yang lalu, bapaknya itu pindah tugas kak, setahuku pindah ke Padang".
Aku pergi dengan penuh tangisan, aku mengingat kalo dia telah menipuku, aku hancur. Aku seperti orang setengah gila yang tidak tahu harus kemana tujuan hidup. Apa harus pulang? Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Mungkin jika aku ke rumah, mamak akan marah sekali dan bapak akan semakin sakit. Dengan pikiran yang tidak begitu panjang lagi, aku terus berjalan pulang tanpa henti, tak tahu arah yang kutuju dan sampai mana aku harus berhenti. Perasaan seakan bebas, merasa perut sudah seperti bola yang sewaktu saat akan meledak. Aku terus tersenyum, kadang tertawa, kadang menangis. Tapi ketika aku marah, aku juga akan cepat di diamkan, dengan suntikan itu. Sungguh indah tempat ini, tak ada orang yang menjahatiku, mungkin ini surga. Aku tak berhenti tertawa dan ketika mengingat Ardi aku menagis lagi..
(oleh: MM. Sembiring 28/09/07)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI