Mohon tunggu...
Mas Sunar
Mas Sunar Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidik yang belajar menulis juga berbisnis untuk bisa berbagi manfaat lebih banyak. Saat ini tinggal di Wonogiri

Beda itu biasa, yang luar biasa jika perbedaan bukan penyebab permusuhan tapi sarana saling melengkapi. \r\nJika apa yg kusampaikan beda karena sesungguhnya tak ada perkara yang sama di alam semesta ini.\r\nDunia ini meski lengkap segala sesuatunya tapi tidak ada yang sempurna.\r\nSalam damai, Semangat terus perbaiki diri agar semakin berarti\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hebohnya Pesta Demokrasi di Kampungku

11 April 2014   07:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_331171" align="aligncenter" width="624" caption="Headline kotaksuara.kompasiana.com | Ilustrasi/ Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Saya mau laporan juga nich hasil pesta demokrasi di kampungku. Tepatnya Desa Doho, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Tempat yang lumayan jauh dari rumah dinas Bapak Bupati. Maaf meski terlambat tetap saja semangat. Karena ada hal-hal hebat yang kutemui selama proses berlangsungnya pesta rakyat tersebut. hal hebat yang barangkali belum diketahui para pengamat, pemantau yang kebetulan banyak yang datang.

Hal hebat apa saja itu ? Mari kita telusuri satu persatu agar kita lebih tahu.

1.Antusias warga yang luar biasa menikmati sajian pesta demokrasi tahun 2014 ini. Sebelum jam 07.00 sudah siap antri untuk melakukan pencoblosan. Apa ini tidak hebat. Di desa lagi. Bukan anak muda yang datang lebih dulu. Justru para orang-orang tua. Ketika ditanya kog pagi-pagi begini sudah siap Mbah, begitu aku menyapa Beliau. Karena alasannya akan segera pergi shooting hehehe…ternyata shooting yang mereka sebut itu pergi ke sawah tandur(menanam padi). Hebatkan mereka, bergaya bak artis sinetron. Mungkin juga karena menu hariannya juga disuguhi sinetron dari berbagai stasiun televisi. Dan ternyata menjelang jam 11.00 sudah 200 warga (lebih dari 90%) yang berada di rumah dan telah terdaftar di DPT telah melakukan pencoblosan. Ini terbukti ketika coblosan ditutup pukul 13.00 hanya bertambah 17 orang. Jadi total warga yang menggunakan hak pilihnya 217 orang. Ini di TPS 1, karena kebetulan saya juga salah satu anggota KPPS.

2.Begitu pula semangat warga di kampung sebelah. Mereka juga berduyun-duyun pergi ke TPS untuk memberikan hak suara mereka. Meski kadang juga tidak tahu harus memilih siapa ketika telah berada di bilik suara. Sampai lama tidak keluar-keluar diam saja. Bingung, tidak terduga ternyata yang mau dipilih banyak banget. Karena antara promosi para caleg dan kertas suara berbeda. Namun yang perlu mendapat ajungan jempoladalah semangat yang luar biasa itu. Mereka terasa begitu gembira, begitu semangat, penuh canda tawa. Benar-benar menikmati pesta yang meriah. Tanpa beban, tanpa gontok-gontokan meski berbeda pilihan. Bahkan dalam satu keluarga saja bisa ada pilihan pelangi. Berbeda satu dengan yang lainnya. Tapi tetep oke-oke saja. Berbeda banget kan dengan Bapak-bapak atau Ibu-ibu kita yang terhormat itu, berbeda sedikit saja langsung perang dan saling serang, bahkan kadang nyaris tanpa etika.

3.Kehadiran mereka yang ada di rumah, saya perkirakan lebih dari 95%. Sekali lagi yang perlu diingat di sini adalah mereka yang waktu coblosan kemarin (9 April 2014) ada di rumah. Bahkan yang tidak masuk DPT pun daftar dengan membawa KTP mereka. Dasar perhitungan saya bukan DPT. Sebab DPT yang ada, ternyata DPT amburadul, bukan berdasar data riil warga masyarakat. Kenapa saya menyebutnya amburadul, karena sumber update datanya kapan tidak jelas. Perlu pembaca ketahui bahwa DPT yang ada tercatat 2155 orang. Namun begitu menulis C6 dan disampaikan kepada mereka, sudah tidak ada orangnya, entah sudah pindah tempat bertahun-tahun yang lalu, pergi merantau ke kota yang biasanya juga sudah juga punya KK baru NIK baru.

4.Dan inilah sesungguhnya sumber kerancuan dan ketidakberesan data kependudukan kita. Apa sebab yang menjadi masalah? Biasa ini adalah ulah dari perangkat desa yang tidak berani membuat keputusan tegas. Tegas dalam arti mendata betul warga, siapa saja yang masih benar-benar menjadi warga dan yang sesungguhnya sudah pindah tempat. Akar masalah yang sering disampaikan adalah mereka-mereka yang sudah pergi dari desa, entah pergi ke perantauan, menikah dll, selama belum mengajukan pindah warga yang bersangkutan tidak didelete dari database desa. Padahal mereka di tempat yang baru sudah membuat KK baru dan tentu dengan NIK baru juga. Jadi dobel kewarganegaraan. Dan ini sangat banyak sekali di desaku tersebut. mungkin desa- desa lain pun demikian juga. Sehingga dari DPT yang berjumlah 2155 orang tersebut, ketika kami sampaikan ke warga lebih dari 40% kembali. Alasan keluarga mereka jelas. Sudah pindah ke tempat baru, sudah punya keluarga sendiri dan tidak mungkin pulang lagi sebagai warga di sini.

5.Dari DPT 2155 orang, yang hadir dan menggunakan hak pilihnya yaitu 1314 (60 %). Sisanya 841 orang secara kenyataan memang saat itu tidak ada di rumah. Jadi tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Mungkin sudah pula tercatat di tempat tinggal mereka yang baru. Dan data di daerah asalnya belum dihapus. Jadi jangan dianggap mereka itu GOLPUT (orang yang tidak mau menggunakan hak pilih mereka). Ingat mereka benar-benar tidak ada di tempat terdaftar saat pencoblosan. Jadi Bapak Ibu Pemantau, Panwas dll. Sekali lagi mereka itu bukan GOLPUT ya.

6.Inilah PR yang harus dituntaskan kepada pemerintah mendatang, agar pendataan warga lebih akurat dan tepat. Satu ID untuk seluruh wilayah Indonesia. Tiada pembedaan kapada setiap warga yang kebetulan sedang tidak tinggal di daerah asal. Sedang merantau memburu rezeki. Sehingga mereka tidak perlu membuat ID baru. Harus dirancang system yang tepat.

7.Kepada Pemerintah dalam hal ini KPU perlu merancang cara baru juga agar semua dapat berpartisipasi aktif dalam pemilu. Mereka yang di perantauan dan tidak mungkin pulang bisa mencoblos di kota dia merantau. Walaupun hal ini sulit, namun usaha mewujudkan harus terus diupayakan. Jika program ini sukses, maka yang selama ini dianggap GOLPUT tidak akan tembus 10%.

8.Sudah ya, dan larut malam, seakan tiada lagi mau cerita apa. Jika besok ternyata masih ada yang tersisa disambung lagi.

9.Oya ada satu lagi, tadi dapat kabar bahwa salah satu teman kami yang menjadi anggota KPPS jatuh sakit mungkin terlalu capek, sebab semalam harus lembur membuat laporan. Mohon doa kepada semua teman-teman di Komunitas Kompasiana dan Pembaca di mana saja berada, semoga teman kami tersebut segera diberi kesembuhan kembali. Aamiin.

10.Terakhir kali kami sajikan hasil perolehan suara DPR RI

[caption id="attachment_331375" align="aligncenter" width="537" caption="DOK. Pribadi"]

13972947871916585511
13972947871916585511
[/caption]

maaf data tidak hadir 841 orang.

Salam untuk Indonesia BERKAH (Berdikari KuAt dan Hebat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun