Beranjak dewasa, kita tak perlu lagi belajar bicara kepada orang lain. Melainkan kita harus beradaptasi terhadap lingkungan sekitar kedepannya.Yaitu belajar bicara kepada Allah. Berapa banyak orang dewasa yang tidak tahu caranya berdoa kepada Allah. Adabnya bermunajat. Sikap hati dalam meminta. Karena mereka tidak belajar, dan tidak pula membiasakan. Orang dewasa memang ingin yang serba instan.Tingkah polah anak-anak kecil memang selalu menggemaskan. Coba saja lihat anak tersebut, dia melihat ayahnya melewati portal jalan dengan cara menunduk. Lantas dia mengira bahwa portal itu juga bisa mengenai tubuhnya sehingga dengan polosnya dia pun menunduk untuk melewatinya.
Begitulah anak-anak, mereka memandang masalah semua manusia adalah sama. Padahal portal itu sama sekali tidak menghalangi meski dia berdiri tegak.Â
Karena terjadi pada seorang anak kecil tentu hal itu wajar. Tetapi bagi orang dewasa, tentu menjadi aneh apabila menganggap besar untuk sebuah masalah kecil.
Mungkin itulah sebabnya mengapa buku berjudul Don't Sweat The Small Stuff menjadi buku terlaris USA Today selama dua tahun berturut-turut dan menghabiskan lebih dari seratus minggu di daftar Best Seller New York Times.
Richard Carlson sang penulisnya mengungkapkan dengan cukup jeli satu kebiasaan manusia dewasa yaitu suka membesar-besarkan masalah kecil.Â
Intinya adalah kita terbiasa bersikap over acting ketika menghadapi masalah tanpa mencerna dulu apakah memang diperlukan sikap demikian. Kita terjebak untuk selalu bersikap berlebihan, meledak tak terkendali, dan reaksi-reaksi lain yang sebenarnya melelahkan diri kita sendiri.
Padahal di antara masalah tersebut ada yang cukup kita "biarkan" saja maka ia akan berlalu dengan sendirinya. Justru sikap kita menahannya dengan sekuat tenaga yang menyebabkan masalah itu tak mau pergi.
Apabila kita mampu proporsional dalam menghadapi masalah kecil, maka kita akan punya cukup waktu dan energi untuk menyelesaikan masalah yang benar-benar besar.
Cobalah kita cari tahu kapan waktu-waktu paling sesuai untuk berdoa. Jika penjual es krim menjajakan dagangannya di tengah hujan salju, bukan produk yang jadi masalahnya, tapi waktu yang tidak sesuai. Berdoa juga demikian. Disinilah perlunya kita mempertimbangkan waktu-waktu yang paling berpotensi untuk dijawabnya doa. Misalnya saat hati tiba-tiba tersentuh dengan Kebesaran Allah sampai menitik air mata tanpa disadari. Sebuah pengakuan bahwa kita hanya hamba, mendadak menyelimuti diri kita. Mungkin kita pernah mengalami. Sebenarnya itulah pertanda Allah sedang membuka pintu khusus untuk kita. Cepat-cepatlah berdoa di momen tersebut. Bayangkan kita mengajak bicara tentang bisnis kepada orang yang sedang berduka ditinggalkan salah satu keluarganya. Orang itu tak akan mau dengar, karena kita salah tema bicara. Mendoakan orang tua adalah salah satu doa yang disukai Allah. Mendoakan kaum muslimin juga demikian. Masih terngiang dengan jelas nasihat almarhum guru saya, "Orang yang menangis saat memohon ampun untuk diri sendiri, itu biasa. Orang yang menangis saat memohon ampun untuk kaum muslimin, itu baru luar biasa!"
Inilah yang saya sebut sebagai "pintu khusus" atau bisa dikatakan sebagai _winning time_ dimana momen-momen yaitu kalimat-kalimat doa yang bisa meraih ijabah Allah. Doa yang bersumber dari Al-Quran, Hadist, dan doa yang dirangkai para ulama saleh tak diragukan lagi merupakan _winning time_ nya. Jika _winning time_ dikombinasikan dengan _winning word_ maka jadilah _winning formula._ Yaitu suatu pola kemenangan dalam meraih keridhaan Allah. Tentu semua perlu dibiasakan terlebih dahulu. Ingatlah jika belajar bicara kepada orang lain saja perlu waktu lama, apalagi belajar bicara kepada Allah.
Proses menjadi dewasa tentunya tidak semudah yang dibayangkan, perlunya berbagai pengalaman, lika-liku, dalam menjalani kehidupan. Pastinya tidak semua orang mengalami fase pendewasaan secara alami sendirinya, mungkin hanya beberapa individu yang diberikan anugerah berupa hikmah kehidupan dari Allah SWT. Dibanding yang lainnya. Adapun dewasa itu tidak sepenuhnya bertolak ukur pada umur, ada kalanya yang sudah berumur akan tetapi pribadinya belum berumur dan ada juga umurnya masih dibawah rata-rata akan tetapi pola pikirnya sepadan orang dewasa. Ada sebuah pepatah jawa yang mengatakan "menungso iku manunggaling roso" makna yang terkandung ialah semua yang berhubungan dengan manusia itu intinya "tergantung".