Pantas saja seharian langit muram. Seorang tokoh besar nasional Indonesia, bahkan dunia, telah wafat.Â
Akhir tahun 80an. Ketika masih kuliah di IKIP Yogyakarta. Saya sering berpapasan dengan seorang dosen yang belakangan dikenal dengan Buya Syafii Maarif.
Seorang cendekiawan muslim yang diakui oleh bukan saja secara nasional. Akan tetapi juga oleh masyarakat dunia.
Mantan Ketua PP Muhammadiyah (1998 sampai 2005) dan Ketua World Conference of Religion for Peace. Adalah bukti pengakuan akan sosok yang selalu menggaungkan toleransi ini.
Tokoh yang Gemar Menulis
Sebagai doktor filsafat sejarah dan aktif di Suara Muhammadiyah. Buya Syafii Maarif gemar menulis dan banyak menghasilkan buku.
Tahun 2000an saya suka mengikuti tulisan-tulisan kolom beliau di Republika. Bahkan saya menyimpan kolom-kolom Resonansi Buya Syafii Maarif.
Beberapa buku dengan tema politik dan toleransi telah beliau terbitkan. Diantaranya Percaturan Islam dan Politik (1996), Politik Identitas dan Masa Depan Pruralisme Kita (2010) dan Fikih Kebhinekaan terbit tahun 2015.
Atas kiprahnya ini pemerintah Filipina tahun 2008 menganugerahkan gelar Ramon Magsaysay.
Semoga sepeninggal Buya Syafii Maarif. Gaung toleransi tetap terus terdengar.