Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ayo Sekolah Kejar "Learning Loss" dengan Disiplin Prokes

11 Mei 2022   22:44 Diperbarui: 11 Mei 2022   22:46 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PPKM Jawa-Bali seharusnya berakhir pada 9 Mei lalu. Akan tetapi pemerintah memperpanjang kembali dua pekan ke depan.

Khawatir terjadi gelombang ke-4 covid-19 pasca mudik lebaran. Menpan-RB mengijinkan ASN untuk melakukan WFH. Bagaimana dengan dunia pendidikan?

Seperti kita tahu. Selain ekonomi dan pariwisata yang terdampak pandemi covid-19. Sektor pendidikan paling merasakan dampaknya.

Konon menurut para ahli telah terjadi learning loss atau ketertinggalan pembelajaran. Menurut penelitian, di kalangan murid-murid SD learning loss setara dengan kehilangan 5 bulan pembelajaran.

Maka sebagai pendidik saya berharap untuk meneruskan PTM (pembelajaran tatap muka). Dengan menerapkan prokes secara ketat (terutama mencuci tangan dan memakai masker).

Harus diakui pembelajaran tatap muka di kelas. Paling efektif dalam menularkan sikap-perilaku dan ilpeng kepada peserta didik. Siswa pun lebih antusias dan gembira dengan pola pengajaran tatap muka.

PTM (tribunnews.com)
PTM (tribunnews.com)

Kunci Utama PTM

Kemendikburistek telah memfasilitasi dunia pendidikan dengan Kurikulum Darurat. Demgan hanya mengajarkan materi-materi esensial saja. Supaya anak belajar dengan riang.

Maka sudah selayaknya para pemangku kepentingan pendidikan. Berpegang pada 3 kunci utama PTM supaya tujuan pembelajaran di masa pandemi dapat tercapai.

Pertama, bahwasanya kesehatan semua pihak (terutama guru, siswa dan tenaga kependidikan) lebih penting dibandingkan hal yang lainnya. 

Untuk itu penerapan protokol kesehatan harus dijalankan dengan ketat dan penuh disiplin. Tidak ada celah sedikit pun untuk abai terhadap prokes.

Kedua, pembelajaran yang menyenangkan. Guru dan siswa harus sedapat mungkin memanfaatkan kelonggaran yang telah diberikan oleh Mas Menteri.

Dengan hanya mempelajari materi esensial. Pembelajaran tidak lagi dikejar-kejar target kurikulum. Di sinilah tersedia ruang bagi guru dan siswa mengeksplor semua kemampuan dan kebutuhannya akan ilmu pengetahuan.

Materi ilmu kimia atau matematika terapan tentu akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pemanfaatan teknologi informasi pasti lebih diminati oleh para peserta didik.

Seperti kata Ki Hajar Dewantara, belajar tidak harus di ruang kelas. Semua tempat bisa menjadi ruang belajar. Bisa di taman, di lapangan atau di kebun sekolah.

Ketiga, pembelajaran sepanjang hayat. Di samping belajar bisa di mana saja. Belajar juga bisa kapan saja. Artinya guru-guru harus terus-menerus belajar.

Bukan rahasia umum lagi kalau guru-guru usia lanjut penguasaan teknologi informasinya sangat minim. Jadi mau tidak mau, harus mau belajar untuk menguasai kemajuan teknologi informasi.

Tidak ada salahnya seperti pepatah Jawa yang mengatakan 'kebo nyusu gudel' yang artimya orang tua belajar dari kaum muda.

Ayo sekolah!

Jkt, 110522

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun