Kadang terbetik pertanyaan iseng. Slogan pelestarian alam itu untuk wong ndeso atau orang kota?
Kenapa?
Kenyataan menunjukkan. Sepanjang perjalanan mudik (kebetulan saya lewat jalur selatan) dan arus balik melalui jalur utara. Hutan dan pepohonan masih menghijau.
Rumah saya sendiri boleh dibilang dikepung pepohonan, terutama pohon jati dan akasia. Matahari baru terlihat menyembul dari sela-sela daun sekitar jam 9an.
Di Gunungkidul, Yogyakarta sendiri terdapat 2 hutan yang masih terjaga kelestariannya. Pertama Tahura (Taman Hutan Rakyat) Bunder di kecamatan Playen. Vegetasi utamanya adalah pohon jati dan mahoni.
Ada yang unik. Di kiri kanan jalan kita dapati penduduk sekitar yang berjualan makanan olahan belalang kayu. Mereka menangkap belalang di pepohonan jati.
Kedua Hutan Wanagama. Hutan yang dikelola oleh Universitas Gadjah Mada untuk tujuan penelitian mahasiswa Fakultas Kehutanan. Tutupan pohonannya lebih bervariasi.
Pohon SepanjangÂ
Selepas perjalanan di wilayah DI Yogyakarta. Dari Magelang, Temanggung dan masuk tol Semarang kiri kanan jalan dapat kita lihat keindahan pepohonan.
Berselang-seling antara tanaman pohon sengon, akasia, mahoni dan pohon jati. Pas masuk wilayah Cirebon sampai Karawang. Pohon jati lebih mendominasi.
Pantas saja Cirebon terkenal dengan makanan nasi jablang. Kuliner nasi yang dibungkus dengan daun jati. Aroma daun jati yang berpadu dengan nasi dan lauk pauknya menjadi sangat khas.
Bagaimana? Apakah mudikers juga merasakan keindahan hutan dan pepohonan sepanjang perjalanan mudik yang amat mengagunkan?
Jkt, 060522
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H