Gempa bumi yang mengguncang Banten kemarin sore (14/2). Bukan saja mengingatkan gempa dahsyat tahun 2006 silam, tapi juga ke masa kecil dulu.
Gempa Yogya terjadi pada 27 Mei 2006. Berlangsung selama 57 detik dengan kekuatan 5,9 skala R. Menimbulkan kerusakan yang sangat parah.
Setiap terjadi lindu (begitu orang Jawa menyebut gempa bumi) pasti menimbulkan kepanikan. Orang-orang akan menghambur keluar rumah.
Mereka berlarian sambil berteriak, "lindu, lindu ..." Beberapa orang menangis, bahkan ada yang histeris.
Setelah reda dari kepanikan. Ibu-ibu akan menenangkan hati anak-anaknya. Sementara bapak-bapak pergi ke dapur atau perapian mengambil abu.Â
Buat apa?
Selamatkan Hewan Peliharaan
Ikatan bathin orang tua tidak saja kepada anak-anaknya. Akan tetapi juga pada hewan peliharaan. Seperti ayam, kambing dan sapi.Â
Hewan-hewan peliharaan itu sudah dianggap seperti anggota keluarga. Disamping sebagai tabungan, sapi sangat membantu tugas dalam mengerjakan sawah.
Karena sudah dianggap seperti anggota keluarga, maka ketika terjadi lindu mereka juga tidak lepas dari upaya untuk diselamatkan.
Ada yang unik. Manakala sedang terjadi lindu dan keluarga mempunyai hewan peliharaan yang sedang bunting atau hamil.
Bapak-bapak akan melumuri badan (terutama bagian perut) kambing atau sapi yang bunting dengan abu hangat.Â
Sampai sekarang saya tidak pernah menemukan jawaban. Apa makna tradisi nenek moyang kami itu. Dulu setiap saya tanya, jawabannya ben anget. Biar hangat tubuhnya.
Biarlah begitu. Kadang kita tidak harus tahu maksudnya. Begitulah cara nenek moyang menjaga harmoni dengan alam.
Yang jelas tradisi itu terus mengakar dalam tradisi di kampung kami. Sampai saat ini.
Jkt, 150222
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H