Mengenaskan. Jaelangkung sekarang ini terlelap dalam tidur panjang. Tidak ada yang membangunkan selama masa pandemi.
Gegara harus menjaga jarak. Tidak ada lagi orang dewasa yang memanggilnya. Sekadar mengajak bermain atau meminta jasa nunjukkin sesuatuÂ
Nini Thowong, pasangan Jaelangkung, juga menikmati libur panjang. Tidak ada lagi yang mengajaknya berlenggak-lenggok.
Lebih mengenaskan lagi nasib Ondel-ondel. Tarian ondel-ondel yang dulunya begitu sakral. Diberi makan dan minum sebelum pentas.Â
Sekarang diseret ke sana ke mari. Berkeliling di perkampungan. Jalan puluhan kilometer. Terpaksa diajak untuk meminta-minta.
Fenomena Boneka Arwah
Nasib yang membuat iri boneka-boneka tradisional. Dialami oleh para boneka arwah. Mereka disanjung-sanjung. Bahkan diperlakukan seperti layaknya boneka bernyawa.
Pergeseran perilaku memang sedang berlangsung. Â Sebuah fenomena sosial yang mengenaskan. Boneka tradisional terpinggirkan. Sementara boneka arwah tengah digandrungi masyarakat.
Boneka-boneka tradisional yang mengandung beragam filosofi. Tergeser oleh boneka-boneka "hidup" yang mahal dan penuh estetika.
Kembali ke Akar Budaya
Seperti Jepang yang punya boneka Kokeshi atau Matriyoshka dari China. Indonesia juga mempunyai boneka-boneka tradisional.
Selain Jaelangkung, Nini Thowong dan Ondel-ondel. Kita juga punya Sigale-gale dari Samosir, Sumatera dan Bedawang dari tanah Sunda. Bahkan termasuk wayang golek.
Sudah sepatutnya jika kita kembali ke akar budaya sendiri. Melestarikan dan nguri-uri warisan para leluhur.Â
Semoga fenomena sosial yang terjadi saat ini. Hanya berlangsung sesaat saja dan kembali mencintai budaya buah karya sendiri.Â
Boneka tradisional!!
Jkt, 120122
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H