Setelah satu tahun tujuh bulan melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hari ini 4 Oktober sekolah kami melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas.
Keceriaan nampak di wajah-wajah para murid. Namun senyum mereka belum lepas benar. Ada penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Begitu masuk pintu gerbang sekolah. Satpam mengecek suhu tubuh. Selanjutnya mempersilahkan siswa untuk mencuci tangan.
Di depan lobi bagian kesiswaan menyambut mereka. Saling menyapa, mengucapkan salam dan melepas senyum.Â
Tidak ada jabat tangan. Tidak ada sentuhan. Bahkan harus senantiasa menjaga jarak. Minimal 1 meter. Akan tetapi wajah sumringah begitu nampak.
Melewati selasar. Murid berjalan mengikuti alur yang sudah ditentukan. Berjalan sendiri-sendiri. Tidak boleh berjajar.
Sampai di depan kelas. Wali kelas menyambut dengan hangat. Kembali wajah-wajah murid berbinar-binar. Sejenak bercakap seakan ingin melepas kangen.
Begitu masuk ruangan kelas. Murid mengambil tempat duduk sesuai yang sudah ditentukan. Berselang-seling. Menghindari tanda silang merah.
Mereka saling sapa kepada teman-temannya. Akrab melepas rindu. Tapi tidak ada obrolan jarak dekat.
Pembelajaran Blemded Learning
Tiba waktunya belajar. Guru mata pelajaran masuk ke ruangan. Setelah saling  menyapa dan memberi salam. Guru menyiapkan perangkat untuk melaksanakan pembelajaran blended learning.
Pembelajaran blended learning artinya memadukan pembelajaran secara tatap muka dan pembelajaran daring. Kenapa?
Murid yang bisa mengikuti PTM jumlahnya hanya 50%. Sisanya belajar dari rumah. Jadi guru mengajar dengan 2 cara.Â
Siswa yang PTM melihat langsung guru yang sedang mengajar di dwpan kelas. Sementara siswa yang BDR tetap belajar menggunakan zoom meeting.
Bagi sekolah yang mempunyai peralatan lengkap. Misalnya kamera yang bisa mengcover seluruh  area kelas Guru bisa bergerak bebas. Layaknya pembelajaran selama belum pandemi.
Sedangkan yang peralatannya kurang memadai. Aktivitas guru dinkepas  kurang leluasa. Karena harus tetap nampak didepan kamera zoom meeting. Agar yang di rumah tetap bisa melihat gurunya.
Utamakan Kesehatan Warga Sekolah
Pelaksanaan PTM Terbatas dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Hanya berlangsung sekitar 3 jam. Terbagi dalam 4 jam pelajaran tanpa ada jam istirahat.
Pola pengaturan waktunya pun berselang seling. Siswa yang kebagian PTM hari ini. Pekan depan belajar dari rumah. Sebaliknya yang hari ini BDR. Pekan depan giliran ikut PTM Terbatas.
PTM Terbatas pun hanya dilaksanakan 3 hari dalam sepekan. Selebihnya belajar secara online.
Pengaturannya hari Senin untuk kelas X, Rabu bagi kelas XI dan kelas XII jatah masuknya hari Jum'at. Hari Selasa, Kamis dan Sabtu sterilisasi ruangan kelas.
Pelaksanaan PTM Terbatas ini lebih mengutamakan kesehatan. Itulah kenapa penerapan protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Â Tujuannya untuk menjaga kesehatan seluruh warga sekolah.
Demikianlah sekedar berbagi pengalaman dalam pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Semoga ada manfaatnya.
Jkt, 041021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H