Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kematian Bertubi-tubi

15 Juli 2021   20:53 Diperbarui: 15 Juli 2021   22:14 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kematian datang bertubi-tubi

ngeri menyelinap dalam sanubari

langit semakin hitam kelam

pekuburan semakin mencekam

*

Burung kedasih tak sempat bernyanyi

sebaris awan gelap berkelebat

menggenggam roh seraya berlari

menuju istana di negeri akhirat

**

Roda-roda kereta kelelahan

menggendong berpuluh keranda 

air mata habis bercucuran

melepas kepergian sanak sodara

***

Kenapa masih sangsi

mengapa menutup hati

atau harus mengalami sendiri?

****

Jkt, 150721

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun