Setelah beberapa tahun. Tulisan-tulisan Umar Kayam dibukukan. Sebagai pengagum. Jelas saya tidak menyia-nyiakan.
Sekalipun harus merogok kocek lumayan. Namanya penggemar ya harus diusahakan untuk dapat mengoleksinya. Alhamdulilah saya punya 4 seri lengkap.
Buku pertama Mangan Ora Mangan Kumpul. Kemudian Sugih Tanpa Banda. dsusul Madhep Ngalor Sugih, Madhep Ngidul Sugih. Terakhir Satrio Piningit ing Kampung Pingit.
Satu lagi koleksi buku saya kaya Umar Kayam: Para Priyayi. Novel yang berlatar belakang ndeso Wanagalih, Madiun.Â
Bercerita tentang seorang bocah bernama Lantip. Anak yatim yang ngenger pada keluarga Ndoro Guru. Kelak bocah ndeso itu yang menyelamatkan nama harum keluarga besar Sastrowardoyo.
Diary,Â
Sebetulnya ada satu lagi penulis favorit saya: A. Mustofa Bisri. Beliau adalah seorang kyai. Pengasuh pondok pesantren tapi juga seorang sastrawan.
Puisi-puisi dan cerpen-cerpennya sangat mencerahkan. Berlatar belakang pesantren dengan bahasa sederhana. Namun sangat dalam maknanya.