Uang recehnya sudah banyak, Pak? Saya bilang sudah satu kaleng. Buruan bawa sini, Pak. Kami kesulitan uang kembalian.
Begitu dialog saya dengan kasir mini market dekat rumah tadi sore.Â
Kebiasaan keluarga kami. Uang receh seratus dan dua ratusan rupiah kembalian belanja. Kami kumpulkan ke dalam kaleng bekas biskuit.
Setelah cukup banyak kami 'kemas'. Mula-mula dipisahkan uang seratusan dan dua ratusan rupiah. Setelah itu kami kemas per sepuluhan keping. Supaya tidak berantakan disatukan dengan solatif putih.
Biasanya istri yang menukarkan ke mini market. Lumayan. Satu kaleng bisa berisi puluhan ribu rupiah jumlahnya.
Uang Receh yang Disia-siakan
Kompasianer pasti sering mendapatkan uang receh kembalian ketika belanja. Banyak orang yang tidak mau menerima uang kembalian recehan seratus dan dua ratus rupiah. Bahkan kadang ada yang membuangnya di jalanan.
Nominalnya yang kecil dan pedagang yang tidak mau menerima pembayaran dengan uang receh. Menjadikan uang logam seratus dan dua satus rupiah seakan tidak ada nilainya. Makanya masyarakat enggan menyimpannya.
Di sisi lain ada pihak yang memerlukan untuk transaksi. Dalam hal ini adalah untuk uang kembalian. Prinsip mereka berapapun sisa uang harus dikembalikan kepada pembeli.