Kompak. Begitulah moto yang kami pegang. Melakukan sesuatu harus bareng-bareng. Tidak boleh sendirian.
Konyol ya? Tapi begitulah kenyataannya. Pernah suatu ketika kami sudah sepakat untuk mendaki gunung pada hari Minggu. Tapi gagal gegara satu anggota tidak bisa ikut.
Pernah dengar lagunya Didi Kempot Banyu Langit? Ke sanalah tujuan kami. Mendaki gunung api purba Nglanggran, Wonosari-Gunungkidul. Tentu saja waktu itu belum setenar sekarang.
Hari Sabtu sepulang sekolah kami membuat kesepakatan. Besok akan main-main ke Nglanggran. Berangkatnya pagi-pagi naik angkot. Diperkirakan siang sudah bisa sampai di atas.
Tunggu punya tunggu. Sampai matahari sudah meninggi salah seorang anggota geng belum datang. Setelah siang baru kasih kabar. Tidak bisa berangkat. Konyolnya hanya karena ketiduran. Lupa kalau mau naik gunung.
Diary,Â
Ngeselin kan? Pastilah. Anehnya kami sepakat tidak jadi berangkat. Satu anggota geng tidak ikut. Semua harus rela membatalkan acara. Bukan sekali dua kali. Sering begitu. Berganti-gantian.
Kami memang sudah sepakat apapun harus dilakukan secara bersama-sama. Belajar kelompok, nonton bioskop atau kegiatan dadakan lainnya.
Kalau belajar kelompok maunya ke rumah saya. Entahlah. Katanya si saya bisa menerangkan dengan runtut. Jadi anggota geng bisa memahami tugas-tugas sekolah. Tanpa disangka akhirnya saya benar-benar jadi seorang guru.