Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

European Super League, Membakar Lumbung Sepakbola Eropa

21 April 2021   21:52 Diperbarui: 21 April 2021   22:14 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunnews.com

Usia European Super League (ESL) hanya seumur jagung. Andrea Agneli presiden Juventus sebagai penggagas secara resmi menunda gelaran ESL.

Sembilan klub telah menarik diri. Sebelumnya 3 klub (PSG, Muenchen dan Dortmund) mundur sebelum deklarasi. Praktis tinggal Juventus, Real Madrid dan Barcelona yang bertahan.

Sekalipun hanya berumur singkat. Kehadiran ESL sudah menyentak kesadaran dunia persepakbolaan Eropa. UEFA sebagai otoritas sepakbola di benua Eropa bereaksi sangat keras.

Sesungguhnya ESL bukanlah gagasan baru. Bahkan sejak 2009 benih-benih kelahirannya sudah dilontarkan oleh Florentino Perez sebagai presiden Real Madrid.

Ide dasarnya adalah hitung-hitungan bisnis. Saya menyebutnya sebagai imbas menjadikan sepakbola sebagai industri, Ujung pemikiranya adalah bagaimana mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi klub.

Membakar Lumbung Sepakbola

Sumber: inews.id
Sumber: inews.id
Mencuatnya pemikiran Florentino Perez tidak terlepas dari pandemi covid-19. Ketiadaan penonton dalam setiap laga sepakbola jelas mengurangi pemasukan bagi klub. Bahkan beberapa klub sudah mengonfirmasi mengalami kerugian finansial.

Sementara semua orang sudah makhfum bahwasanya sepakbola Eropa adalah lumbung duit. Mengutip dari beberapa sumber berita.  Sponsor utama ESL sanggup menyediakan dana hampir 200 trilyun.

Dalam rilisnya saat deklarasi disebutkan bagi klub yang berpartisipasi di ESL akan langsung mendapatkan dna segar 5,8 T. Belum termasuk hadiah jika meraih gelar juara.

Kemunculan ESL sebenarnya juga bentuk protes dari para pemilik klub. Mereka menilai selama ini UEFA tidak terbuka soal keuangan. Maka mereka mendeklarasikan model kompetisi baru versi ESL.

Sayangnya banyak pihak yang menganggap cara-cara ESL mencari keuntungan sangat vulgar. Kompetisi tertutup adalah pengabaian terhadap prinsip-prinsip fair play.

Syukurlah para petinggi ESL masih mau menggunakan nuraninya. Sekalipun tidak dibubarkan, hanya ditunda. Cukuplah melegakan. Seandainya tetap berlanjut. Entah akan seperti apa wajah sepakbola Eropa.

Akan tetapi UEFA juga tidak seharusnya menafikan suara yang disampaikan oleh para penggagas ESL. Ancaman keras UEFA hanya karena lumbungnya terusik tidak seharusnya dikeluarkan. 

Duduk bersama antara UEFA,  ESL dan fans klub adalah jalan yang terbaik. Seperti anggota keluarga. Kalau ada yang ngambek ajaklah berbincang  Jangan digebuk. 

Hidup fana sepakbola.

Semoga!

Jkt, 210421

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun