Sore hari menjelang waktu berbuka puasa. Lihatlah pemandangan yang bikin kita geleng-geleng kepala.
Entahlah. Apatah ini pertanda begitu besarnya antusiasme umat Islam menjalankan ibadah puasa?Â
Sepanjang jalan, gang dan sepanjang lorong. Bermunculan pasar tiban. Pasar dadakan. Muncul pedagang-pedagang baru. Berjualan makanan/minuman pembuka puasa.Â
Ada kurma. Makanan yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk membatalkan puasa. Ada kolak, es campur dan jus. Minuman manis seperti yang juga disarankan Nabi ketika berbuka puasa.
Hanya itu saja? Tidak. Masih banyak lagi. Ada lontong, arem-arem, pempek, siomai dan. ilok. Ada juga pepes ikan, bothok dan buntil. Belum cukup? Masih ada goreng pisang, tahu, tempa dan martabak.
Jangan heran kalau melihat seseorang menenteng belanjaannya kiri kanan. Masih belum muat. Coba lihat di bagasi atau gantungan barang di motornya.Â
Berburu Takjil Jelang Buka Puasa
Fenomena masyarakat yang sedang berburu takjil muncul setiap bulan Ramadhan. Bagi para pedagang ini jelas peluang meraup keuntungan.
Para pembeli pun beralasan lebih praktis daripada harus masak. Capek. Lagi pula dapat memilih makanan/minuman sesuai selera. Plus sekalian jalan-jalan sore.
Menyediakan takjil menjadi sudah mentradisi setiap bulan puasa. Mengutip dari kompas.com sebenarnya sudah terjadi pergeseran makna dari istilah takjil.
Takjil yang berasal dari bahasa Arab 'ajila' sesungguhnya berarti menyegrrakan berbuka. Tapi masyarakat terlanjur memaknai takjil sebagai makanan pembuka puasa.
Pergeseran makna yang malahan membawa dampak pemborosan. Tidak jarang makanan/minuman yang sudah dibeli tidak habis disantap.
Sesungguhnya juga bergeser dari hakekat puasa. Puasa maknanya adalah menahan diri dari hawa nafsu. Nafsu makan, minum dan nafsu syahwat.Â
Kenapa pas puasa nafsu makan dan minumnya justru meningkat? Semoga puasa kita bukan seperti yang disinyalir oleh Rasulullah. Banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Nirpahala!
Jkt, 130421
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H