Sudah bukan rahasia umum lagi. Bahwasanya untuk menambah penghasilan. Banyak guru, terutama yang mengajar di sekolah swasta, harus nyambi.
Kerja sampingan bagi seorang guru ada yang masih berkaitan dengan dunia pendidikan. Memberi les privat atau mengajar di bimbel. Yang banyak dilakukan adalah mengajar di beberapa sekolah sekaligus.
Tapi ada juga yang di luar lingkup kependidikan. Ada yang jadi tukang ojek atau berjualan. Bahkan ada yang menjadi master ceremoni pada acara-acara perkawinan.
Tidak ada masalah selama pekerjaan sampingannya tidak mengganggu tugas pokoknya sebagai pengajar. Menjadi masalah apabila melupakan tugasnya sebagai guru.
Jangan Terlena Kerja Sampingan
Sebuah pengalaman mempeihatinkan menmpa seorang teman guru. Semasa kami masih mengajar di sekolah swasta.Â
Tersebutlah seorang guru yang mempunyai kerja sampingan usaha konfeksi. Dia menyediakan seragam sekolah dan pakaian olahraga.
Untuk menunjang usahanya guru tersebut menyewa rumah untuk tempat usahanya. Membeli beberapa mesin jahit dan mengangkat beberapa orang sebagai karyawan.
Menjelang tahun ajaran baru dia pun kebanjiran order. Biasa dari kenalan sesama guru dari sekolah-sekolah lain.
Demi mengejar target pesanan dia terlibat dalam proses produksi. Mencari bahan baku, melakukan packing dan mengantarkan pesangan ke pelanggan.
Akibatnya pekerjaan utamanya terganggu. Mula-mula hanya minta ijin untuk beberapa jam meninggalkan sekolah. Meningkat jadi sehari. Sampai akhirnya beberapa hari dalam sebulan.
Pihak sekolah pun menegur dan mengingatkan. Akan tetapi godaan mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Menjadikan dia melupakan tanggungjawabnya sebagai guru.
Pada akhirnya demi kebaikan semua pihak akhirnya dia terpaksa mengundurkan diri dari sekolah. Fokus mengurusi bisnis.
Namanya dunia bisnis tentu ada pasang surutnya. Bisnis konveksi ramenya hanya waktu-waktu tertentu. Bagi yang berkaitan dengan penyediaan seragam sekolah ya pas awal tahun ajaran baru. Selebihnya orderan kosong.
Sementara gaji karyawan harus jalan terus. Kontrakan pun harus terus dibayarkan. Tagihan ke pelanggan pun tidak selalu tepat waktu.
Ujung-ujungnya bisa ditebak. Usahanya gulung tikar. Tidak sanggup mnutup ongkos produksi.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sidah terlanjur berhenti mengajar. Usahanya pun ikutan tutup.
Demikian sekedar berbagi pengalaman tentang kerja sampingan.
Jkt, 020421
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H