Tahun 1992 saya merantau ke Jakarta setelah lulus kuliah dari IKIP serahun sebelumnya. Sempat bertualang dengan 3 pekerjaan sebelum kembali ke dunia pendidikan.
Realitas di kota metropolitan mengajarkan profesi tidak harus linier dengan pendidikan. Pendidikan hanya sebatas pondasi belaka.Â
Jalani prosesnya dengan legowo. Anggap saja sedang berguru pada kehidupan. Serap pengalaman sebanyak mungkin. Alhamdulillah si indah datang juga pada akhirnya.
Sempat membaca situasi kota metropolitan selama sebulan. Hal pertama yang saya lakukan adalah melengkapi administrasi kependudukan.
Ini yang unik. Hal lain yang saya lakukan adalah mempelajari rute buskota. Ya jalur perjalanan angkautan umum. Pernah dalam satu hari saya mencoba semua jalur buskota.
Tujuan saya untuk menghapal rute angkutan kota. Jadi seandainya mau mengantar lamaran kerja atau memenuhi panggilan wawancara tidak nyasar.
Sempat ngannggur 3 bulan akhirnya saya mendapatkan pekerjaan yang pertama. Bukan sebagai guru tapi salesman.
Sebagai salesman barang-barang peralatan rumah tangga. Menggunakan mobil kanvas. Â Bersama tim kami mendatangi rumah-rumah calon pelanggan.Â
Hanya kuat selama 6 bulan. Tapi saya belajar bagaimana berkomunikasi dengan tim dan orang lain.
Lepas dari pekerjaan salesman. Saya bekerja di perusahaan pertamanan. Sebagai tenaga administrasi gudang. Mencatat keluar masuk barang.
Di perusahaan ini saya sempat bertahan lebih dari dua tahun. Selanjutnya saya pindah kerja ke sebuah pabrik pembuatan sol sepatu.Â
Bekerja sebagai kepala administrasi gudang. Pengalaman bekerja yang paling seru saya dapatkan di sini. Kerja shift.
Seperti operasional pabrik pada umumnya. Mereka menerapkan sistem kerja 3 shift. Shift pertama dari jam 7 sd jam 15. Menyusul shift kedua sampai jam 11 malam.Â
Yang paling berat shift ketiga dari tengah malam sanpai pagi hari. Sebetulnya pekerjaan saya hanya mencatat hasil produksi pada akhir shift. Tapi kadang ikut begadang sampai pagi.
Setelah berpetualang di 3 pekerjaan. Bulan Juli 1996 saya pulang kandang. Menjadi guru sesuai ijazah saya. Mengajar di sekolah swasta.
Bayaran yang tidak seberapa memaksa saya untuk mengajar di dua sekolah. Bahkan di satu sekolah saya mengajar di dua jenjang SMP dan SMK.
Setelah 21 tahun mengajar di sekolah swasta. Barulah saya berkesempatan menjadi guru negeri. Pekerjaan yang akan saya jalani sampai masa pensiun.
Satu catatan dari setiap pekerjaan yang saya jalani. Selalu ada hikmah dari setiap pekerjaan yang kita tekuni.
Jkt, 290321Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H