Gimana, sudah dapat ide menulis cerita kan? Tunggu apa lagi?Â
Tulis saja apa yang terlintas di benak kamu. Terus saja menulis. Kalau sudah terbiasa nanti juga kamu akan menemukan gaya yang nyaman dalam penulisanmu.
Sekarang coba saja menuangkan semua yang memenuhi kepalamu. Tumpahkan di atas kertas. Tidak usah pedulikan dulu ejaan atau kosakata. Selesaikan dulu cerita sampai tamat. Nanti baru disunting.
Diary,
Ceritamu masih datar-datar saja? Berarti harus dipertajam konfliknya biar menggigit.Â
Baiklah. Berikut ini tiga tip yang bisa dijadikan sebagai dasar menganggit konflik dalam cerita. Konflik itu bukan berarti harus berantem sampai cakar-cakaran. Apalagi kamu akan menulis cerita anak-anak kan?
Satu, perang batin.
Misalkan Rissa yang bingung setelah lulus SMA. Apakah lanjut kuliah atau membantu keuangan keluarga dengan bekerja?Â
Sebagai anak yang berprestasi sayang kalau tidak melanjutkan kuliah. Tapi melihat keadaan ayahnya yang sedang terkena PHK akibat pandemi covid-19 rasanya tidak tega menambah beban keluarga.
Kedua, tarik-menarik kepentingan.
Contoh lain Angga yang bingung dengan keinginan orang tuanya. Ayahnya pengun dia masuk ke SMK supaya selesai sekolah visa bekerja. Sementara ibunya menginginkan masuk SMA agar nantinya bisa melanjutkan kuliah ekonomi.
Ketiga, perbedaan pendapat.
Rissa, Angga dan teman-temannya yang sedang kerja kelompok bersitegang gegara perbedaan pendapat.Â
Satu kelompok ingin dimatangkan dulu perencanaannya. Kelompok yang lain langsung saja dieksekusi. Kalau muncul kendala di lapangan baru dicarikan pemecahan masalahnya.
Diary,Â
Tiga konflik tersebut bisa dipilih salah satu dan diolah untuk memberikan bumbu dalam sebuah cerita.
Saya tahu kamu punya potensi. Makanya saya mendorong kamu untuk terus menulis dengan memberikan tip-tip kepenulisan. Tip ini hanya untukmu. Bukan yang lain.
Oke?!
Jkt, 180221
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H