Niatnya sederhana tapi mulia. Sutiah ingin membantu suami menopang keuangan keluarga.
Berbekal minatnya pada kreasi seni ibu dari tiga orang anak ini memulai usaha dengan membuat aksesoris. Di sela-sela kesibukannya mengurus rumah tangga dia membuat produk kerajinan dari barang limbah.
Limbah konfeksi atau taylor yang oleh orang lain tidak bermanfaat dia sulap menjadi aksesoris yang apik dan bernilai ekonomis. Sisa-sisa bahan yang terbuang itu dengan kreasinya dijadikan pemanis penampilan kaum wanita.
Awalnya hanya untuk dirinya sendiri. Ketika dikenakan untuk menambah menarik penampilannya ternyata banyak yang suka. Timbullah niatnya untuk membuka usaha kecil-kecilan.
Bahan baku kain perca didapatkan dengan membeli dari tukang jahit dekat rumah. Dia sengaja memilih sisa bahan kain batik. Motif yang beraneka ragam sesuai dengan kreasi produk kalungnya.Â
Satu karung kain perca hanya perlu ditebus dengan 25 ribu rupiah. Dengan menyisihkan uang belanja dapur dia memulai usahanya. Sutiah menyiasati jatah belanja dari suami yang hanya seorang guru swasta.
Limbah kain perca dari bahan batik yang sudah dibeli kemudian dicuci. Tujuannya untuk menghilangkanSetelah dijemur sampai kering kemudian disetrika sehingga menjadi halus dan siap diolah menjadi produk kerajinan yang cantik.
Usaha yang Mengandalkan Kreativitas
Usaha mikro yang ditekuni Sutiah ini lebih mengandalkan kreativitas. Dia juga dituntut untuk selalu mengikuti trend fashion yang sedang terjadi di masyarakat. Produknya sangat berkaitan dengan penampilan seseorang.
Maka dia selalu mengasah ketrampilannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh instansi pemerintah. Dewan Kerjainan Nasional Daerah (Dekransda) DKI Jakarta banyak mendukung usaha mikro yang dikembangkannya.
Berkat pelatihan yang diikutinya Sutiah dapat melakukan diversifikasi produk. Dia bisa membuat inovasi produk dengan memadukan bahan limbah lainnya. Produk-produknya tanpa disadari mendukung gerakan go green.
Sutiah tanpa ragu-ragu memanfaatkan limbah batok kelapa atau kerang untuk menambah nilai jual produknya. Hasil kerajinan tangannya menjadi lebih unik dan alami.
Konsumen semakin mengapresiasi karyanya. Bagi dirinya ini membuka peluang pasar baru. Terbukanya peluang pasar di masa pandemi ini menumbuhkan harapannya kembali setelah usahanya terhempas badai covid-19.
Semoga.
Jkt, 280121
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H