Lolos?
Persyaratan administratif dan akademik masuk. Tapi ada satu syarat yang tidak bisa terpenuhi oleh anak saya. Tinggi badan!
Rupanya di SMK ada satu syarat tambahan. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan dunia kerja yang akan menyerap lulusan SMK.
Setelah dilakukan pengukuran anak saya kurang 2 cm tinggi badannya. Ya, kurang 2 cemtimeter. Hal itu berarti gagal masuk sekolah impian.
Kecewa?
Jelas. Saya melihat kekecewaan di wajah anak saya. Untungkah tidak berlarut-larut. Cepat move on dia.Â
Ibunya kembali menawarkan apakah mau masuk SMA pada pendaftaran gelomvabg dua. Anak saya tidak bergeming.
Akhirnya dia memilih masuk sekolah swasta yang ada jurusan sesuai dengan cita-citanya. Jurusan broadcasting.Â
Dia pun menunjukkan tanggung jawabnya dengan pilihannya. Beberapa kali mengikuti lomba film bersama-sama teman sekelompoknya menjadi juara. Lebih membanggakannya lagi secara pribadi bagi saya, penulis skenarionya adalah anak saya.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah keberanian anak dalam menentukan pilihan dan tanggungjawabnya terhadap pilihannya itu.
Saluut!