Tahun 2020 merupakan tahun yang berat. Diawali dengan luapan banjir dan diakhiri dengan derai air mata.
Semuanya gegara pandemi covid-19. Tidak ada yang menyangka. Bermula dari kota Wuhan, China keudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Indonesia sendiri mulai terjangkit virus covid-19 pada bulan Maret. Delapan bulan berikutnya 700 ribu lebih orang telah terpapar covid-19. Mengerikan.
Penularan covid-19 yang cepat memaksa kita berkejaran dengan waktu menciptakan vaksin anti virus covid-19. Sembari menunggu tersedianya vaksin penerapan protokol kesehatan mutlak diperlukan. Harus disiplin memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Bekerja, belajar dan beribadah dari rumah menjadi pilihan yang paling bijak.
Setiap peristiwa selalu ada hikmah di baliknya.Â
Kondisi rebahan yang cukup lama memunculkan kembali hasrat menulis yang sudah lama terpendam. Tanggal 9 Mei 2020 saya membuat akun Kompasiana. Dua hari kemudian masuk notifikasi: selamat akun anda telah tervalidasi.
Beberapa hari berikutnya kebimbangan masih menyelimuti. Sampai akhirnya tanggal 20 Mei 2020 saya memberanikan diri menguploud tulisan perdana di Kompasiana.
Waktu demi waktu, hari demi hari dan delapan bulan berikutnya saya menikmati hobi menulis ini. Tidak peduli ada yang membaca atau tidak seperti tulisan pertama. Santuy dengan pelabelan karena tidak tahu maksudnya.
Setelah beberapa kompasianer lain membaca dan memberi komantar barulah rasa tanggung jawab untuk menyuguhkan tulisan-tulisan yang lebih baik. Sejauh ini admin pun telah memberi 240 label pilihan dengan 3 AU dari 370 tulisan yang telah saya tayangkan di Kompasiana.
Pencapaian Retjeh Kepenulisan
Saya termasuk penulis spontan. Apa yang terlintas itulah yang saya tulis. Bahkan barangkali termasuk penulis malas. Tidak pernah membuat outline, melakukan riset dan penyuntingan. Maka wajar kalau tulisan-tulisan saya tergolong retjeh dan kering. Tapi tersu terang saya selalu berkomitmen untuk meningkatkan kualitas tulisan.
Maka ketika Kompasiana mengadakan blog competition penulisan sosok inspiratif saya mencoba memberanikan diri mengikutinya. Terdorong keinginan untuk belajar menulis biografi dari pakarnya, Kang Pepih Nugraha.
Khusus untuk penulisan Sofyan Hidayat, Sosok Teladan Kepatuhan dan Kepedulian Sosial saya sampai melakukan wawancara kepada nara sumber. Alhamdulillah tulisan ini menjadi satu dari 10 tulisan yang dinyatakan sebagai pemenang kompetisi blog. Inilah pencapaian retjeh pertama saya di dunia kepenulisan.
Tanggal 29 Desember 2020 menjadi tonggak pencapaian retjeh saya berikutnya. Pagi setelah sholat subuh saya buka Kompasiana. Tulisan Sensasi Kemangi yang Menggugah Selera pada Ayam Pange menjadi Artikel Utama. Senang tentu.
Siangnya datang kabar menggembirakan lagi. Tulisan saya Sentuhan Seni Mempertinggi Nilai Tanaman Hias menjadi juara 2 blog competition yang diselenggarakan oleh komunitas Semarkutiga. Lumayan dapat saldo Gopay.Â
Sore harinya admin Kompasiana mengumumkan 30 Konten Terbaik dari Program "Guru Mengajar di Kompasiana" periode November 2020. Salah satu di antaranya ada tulisan berjudul Bukan Hanya Mengajarkan 4C, Guru juga Harus Bisa Berkolaborasi hasil anggitan saya. Saya cukup berbesar hati. Setelah delapan bulan menulis di Kompasiana tiga tulisan saya telah dinilai oleh dewan juri pada blog competition sebagai pemenang.
Begitulah sekedar catatan ringan tentang pencapaian retjeh saya di dunia kepenulisan tahun 2020.
Semoga di tahun  mendatang semunya menjadi semakin cerah.
Selamat tahu baru 2021.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI