Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum Melihat Siswa Tersenyum Bisa Terus Belajar

29 Desember 2020   23:23 Diperbarui: 29 Desember 2020   23:55 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan bantuan hp disaksikan orang tua siswa (DokPri)

Sepulang mengajar anak bontot saya cerita. Katanya temannya tidak mau sekolah lagi. Penyebabnya sang anak malu belum mempunyai seragam Pramuka seperti teman-temannya. 

Saya kemudian menanyakan kepada istri besok mau masak apa? Apa hubungannya?

Saya dan istri sepemikiran dalam memaknai kebahagiaan. Kami berbahagia apabila bisa berbagi dengan orang lain. Memberi apa yang kami punyai kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Sesederhana itu. 

Menurut keyakinan kami tidak ada orang yang berbagi akan mengalami kekurangan. Sesungguhnya dengan memberi kita akan menerima lebih banyak. Dalam bahasa istri saya kalau kita memberi pertolongan siapa tahu nanti akan ada orang yang menolong ketika kita memgalami kesulitan.

Kembali ke cerita awal. Singkat cerita kami menyisihkan anggaran belanja masak untuk esok hari. Uangnya dipergunakan untuk membelikan baju seragam untuk teman anak kami. Betapa senang melihat anak itu tersenyum sambil mencoba baju seragam barunya. Besok berangkat sekolah ya, Nak!

Begitu sekelumit cerita tentang kebiasaan kami berbagi sebelum datang pandemi covid-19.

Cerita Lain di Masa Pandemi

Pandemi covid-19 sama-sama kita tahu telah menurunkan daya beli masyarakat. Penduduk miskin pun semakin bertambah. Sekali pun pemerintah sudah mengucurkan anggran untuk memberikan bantuan sosial kepada masyarakat tetap saja kondisinya semakin memprihatinkan. 

Sebagai guru saya semakin sering mendapati murid-murid yang semakin kesulitan ekonomi. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan orang lain yang lebih mampu. Bukan saja untuk memenuhi kebutuhan pokok tapi juga kebutuhan untuk kelangsungan belajarnya.

Penyerahan bantuan hp disaksikan orang tua siswa (DokPri)
Penyerahan bantuan hp disaksikan orang tua siswa (DokPri)

Tersebutlah seorang murid bernama Mawar (bukan nama sebenarnya). Dalam pantauan saya Mawar sering tidak mengikuti pembelajaran secara online. Sebagai pendidik saya mencoba untuk menyelidiki kenapa Mawar jarang ikut PJJ. Selain mencari informasi kepada teman-teman sekelasnya, saya juga mencoba berkomunikasi  dengannya.

Pada awalnya dia tidak mau berterus terang tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Malu. Setelah saya mencoba berbincang dari hati ke hati terungkaplah kenapa akhir-akhir ini Mawar sering tidak mengikuti pembelajaran. Handphonenya rusak. Sudah begitu masih harus menggunakannya secara bergantian dengan adiknya. Mengetahuinya saya menjadi trenyuh.

Temuan ini saya bawa ke rapat koordinasi dengan pihak sekolah. Ternyata murid yang mengalami masalah sosial seperti Mawar banyak. Penyebabnya pun bermacam-macam. Ada yang usaha orang tuanya bangkrut, orang tua terkena PHK, ayahnya menganggur atau orang tuanya sakit. Bahkan ada orang tua yang tidak peduli dengan sekolah anaknya. Sibuk mencari nafkah keluarga.

Kebetulan sekolah tempat saya mengajar rata-rata kondisi ekonomi orang tuanya tergolong kelas menengah ke bawah. Hampir mencapai 50% dari lebih 600 siswa. Pada umumnya mereka sangat merasakan terkena dampak adanya pandemi covid-19. 

Hasil rapat koordinasi sekolah yang terdiri dari guru, wali kelas, guru BK dan manajemen memutuskan membawa persoalan serius ini ke rapat dengan Komite Sekolah sebagai perwakilan orang tua siswa. Pada prinsipnya sekolah menginginkan untuk menyantuni para siswa yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Sekolah ingin persolan keluarga ini tidak mengganggu proses belajar mengajar.

Alhamdulillah orang tua siswa melalui Komite Sekolah menyambut positif usulan memberi bantuan kepada siswa yang kurang beruntung secara ekonomi ini. Mereka sepakat untuk menggalang dana dari para orang tua yang mempunyai kelebihan rizki. Gerakan Berbagi pun dicanangkan. Bantuan bisa dalam bentuk uang cash atau natura seperti HP yang sudah tidak terpakai. 

Uang yang terkumpul nantinya akan diberikan handphone. Selanjutnya akan diberikan kepada siswa yang membutuhkan.

Penandatanganan serah terima hp intuk akuntabilitas (DokPri)
Penandatanganan serah terima hp intuk akuntabilitas (DokPri)

Langkah selanjutnya adalah mendata siswa yang memerlukan bantuan gawai melalui wali kelas masing-masing. Sekolah melalui wakil bidang kesiswaan mengkoordinasikan kegiatan ini. Mereka memverifikasi setiap permohonan bantuan yang masuk. Sekolah tidak ingin kegiatan berbagi ini salah sasaran. Hal ini tentu berkaca pada fenomena di masyarakat di mana pada situasi sulit seperti ini masih saja ada oarng-orang yang memanfaatkan kesulitan orang lain untuk kepentingan pribadi.

Bersyukur sekali kegiatan berbagi untuk menyantuni murid-murid yang sedang mengalami kesulitan ekonomi dapat berjalan sukses. 

Cerita ini bukan untuk menyombongkan diri tapi untuk memotivasi diri. Lagi pula ini adalah kegiatan bersama dari seluruh stakeholder sekolah. Gerakan berbagi untuk mendukung suksesnya PJJ di masa pandemi.

Saya tersenyum melihat Mawar bisa tersenyum lagi dan bisa tetap terus mengikuti belajar secara online. 

Teruslah tersenyum, Mawar!

Jkt, 291220

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun