Tersebutlah seorang murid bernama Mawar (bukan nama sebenarnya). Dalam pantauan saya Mawar sering tidak mengikuti pembelajaran secara online. Sebagai pendidik saya mencoba untuk menyelidiki kenapa Mawar jarang ikut PJJ. Selain mencari informasi kepada teman-teman sekelasnya, saya juga mencoba berkomunikasi  dengannya.
Pada awalnya dia tidak mau berterus terang tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Malu. Setelah saya mencoba berbincang dari hati ke hati terungkaplah kenapa akhir-akhir ini Mawar sering tidak mengikuti pembelajaran. Handphonenya rusak. Sudah begitu masih harus menggunakannya secara bergantian dengan adiknya. Mengetahuinya saya menjadi trenyuh.
Temuan ini saya bawa ke rapat koordinasi dengan pihak sekolah. Ternyata murid yang mengalami masalah sosial seperti Mawar banyak. Penyebabnya pun bermacam-macam. Ada yang usaha orang tuanya bangkrut, orang tua terkena PHK, ayahnya menganggur atau orang tuanya sakit. Bahkan ada orang tua yang tidak peduli dengan sekolah anaknya. Sibuk mencari nafkah keluarga.
Kebetulan sekolah tempat saya mengajar rata-rata kondisi ekonomi orang tuanya tergolong kelas menengah ke bawah. Hampir mencapai 50% dari lebih 600 siswa. Pada umumnya mereka sangat merasakan terkena dampak adanya pandemi covid-19.Â
Hasil rapat koordinasi sekolah yang terdiri dari guru, wali kelas, guru BK dan manajemen memutuskan membawa persoalan serius ini ke rapat dengan Komite Sekolah sebagai perwakilan orang tua siswa. Pada prinsipnya sekolah menginginkan untuk menyantuni para siswa yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Sekolah ingin persolan keluarga ini tidak mengganggu proses belajar mengajar.
Alhamdulillah orang tua siswa melalui Komite Sekolah menyambut positif usulan memberi bantuan kepada siswa yang kurang beruntung secara ekonomi ini. Mereka sepakat untuk menggalang dana dari para orang tua yang mempunyai kelebihan rizki. Gerakan Berbagi pun dicanangkan. Bantuan bisa dalam bentuk uang cash atau natura seperti HP yang sudah tidak terpakai.Â
Uang yang terkumpul nantinya akan diberikan handphone. Selanjutnya akan diberikan kepada siswa yang membutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah mendata siswa yang memerlukan bantuan gawai melalui wali kelas masing-masing. Sekolah melalui wakil bidang kesiswaan mengkoordinasikan kegiatan ini. Mereka memverifikasi setiap permohonan bantuan yang masuk. Sekolah tidak ingin kegiatan berbagi ini salah sasaran. Hal ini tentu berkaca pada fenomena di masyarakat di mana pada situasi sulit seperti ini masih saja ada oarng-orang yang memanfaatkan kesulitan orang lain untuk kepentingan pribadi.
Bersyukur sekali kegiatan berbagi untuk menyantuni murid-murid yang sedang mengalami kesulitan ekonomi dapat berjalan sukses.Â
Cerita ini bukan untuk menyombongkan diri tapi untuk memotivasi diri. Lagi pula ini adalah kegiatan bersama dari seluruh stakeholder sekolah. Gerakan berbagi untuk mendukung suksesnya PJJ di masa pandemi.