Sepulang mengajar anak bontot saya cerita. Katanya temannya tidak mau sekolah lagi. Penyebabnya sang anak malu belum mempunyai seragam Pramuka seperti teman-temannya.Â
Saya kemudian menanyakan kepada istri besok mau masak apa? Apa hubungannya?
Saya dan istri sepemikiran dalam memaknai kebahagiaan. Kami berbahagia apabila bisa berbagi dengan orang lain. Memberi apa yang kami punyai kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Sesederhana itu.Â
Menurut keyakinan kami tidak ada orang yang berbagi akan mengalami kekurangan. Sesungguhnya dengan memberi kita akan menerima lebih banyak. Dalam bahasa istri saya kalau kita memberi pertolongan siapa tahu nanti akan ada orang yang menolong ketika kita memgalami kesulitan.
Kembali ke cerita awal. Singkat cerita kami menyisihkan anggaran belanja masak untuk esok hari. Uangnya dipergunakan untuk membelikan baju seragam untuk teman anak kami. Betapa senang melihat anak itu tersenyum sambil mencoba baju seragam barunya. Besok berangkat sekolah ya, Nak!
Begitu sekelumit cerita tentang kebiasaan kami berbagi sebelum datang pandemi covid-19.
Cerita Lain di Masa Pandemi
Pandemi covid-19 sama-sama kita tahu telah menurunkan daya beli masyarakat. Penduduk miskin pun semakin bertambah. Sekali pun pemerintah sudah mengucurkan anggran untuk memberikan bantuan sosial kepada masyarakat tetap saja kondisinya semakin memprihatinkan.Â
Sebagai guru saya semakin sering mendapati murid-murid yang semakin kesulitan ekonomi. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan orang lain yang lebih mampu. Bukan saja untuk memenuhi kebutuhan pokok tapi juga kebutuhan untuk kelangsungan belajarnya.