Seorang dukun pelet terkenal pemegang gelang Dukun of The Year menangis? Kenapa?Â
Seumur-umur sebagai laki-laki Suto belum pernah mengeluarkan air mata. Menangis. Penderitaan sampai yang paling pahitpun pernah dia rasakan. Kang Suto tetap tegar. Sepeninggal bapaknya dia hanya tinggal bersama ibunya yang miskin.
Bermaksud mencari penghidupan dia pergi ke kota. Tanpa bekal keahlian formal sedikitpun. Bertahun-tahun dia hidup menggelandang. Tidur di emperan toko, di bangunan los pasar bahkan di kolong jembatan. Kang Suto dengan gagah menjalani hidup yang getir. Tanpa keluar air mata.
Kenapa hanya oleh Sri, seorang janda kembang, dia mengeluarkan air mata?Â
                    **
"Kamu sudah mantab le mau melamar Sri?" tanya ibunya ketika dia mengutarakan niatnya meminang janda pujaannya itu.
"Sudah bu." jawabnya penuh keyakinan.
"Nggak nyesel kamu dapat janda?"
"Memang apa bedanya gadis atau janda, bu?"
"Ya sudah kalau kamu sudah yakin. Besok kita minta tolong pak dhe untuk melamarkan Sri."
Berbekal uang amplop dari para kandidat pemenang pilkada yang ditolongnya dan uang hadiah sebagai pemenang pemilihan grlar dukun of the year dengan diiringi keluarga besarnya Kang Suto melamar Sri.Â
Layaknya orang berada rombongan membawa sejumlah seserahan untuk keluarga calon besan. Berbagai hasil bumi diangkut dengan kendaraan bak terbuka.Â
Beras tiga karing, kelapa satu karung, sayur-sayuran kacang panjang, cabe, tomat dan kubis masing-masing satu karung. Pisang tiga tandan. Telur satu peti. Ayam puluhan ekor dan seekor kambing. Penganan pun tidak ketinggalan. Lemper  dan jadah beberapa loyang. Tidak ketinggalan gula  puluhan kilogram dan teh lima pack.
Dengan membawa seserahan sebanyak iti suda seharusnya Kang Suto melangkah dengan gagahnya. Apa yang membuatnya menangis?
                     **
Acara lamaran berlangsung lancar. Sudah bisa diduga sebelumnya pinangan Kang Suto kepada Sri pasti diterima. Apalagi sehari sebelumnya mereka sempat bertemu. Kang Suto menyampaikan kalau dia dengan keluarganya akan meminang Sri.
"Besok bersama pak dhe aku akan datang ke keluargamu. Melamarmu."
"Kang Suto sudah yakin dengan keputusanmu?" tanya Sri.
"Aku sudah memikirkannya masak-masak."
"Terima kasih kalau Kang Suto percaya sama Sri!"
Selesai acara lamaran semua yang hadir makan-makan masakan yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Beberapa makanan bawaan dari keluarga Kang Suto ikut dihidangkan. Dinikmati bareng-bareng keluarga besar kedua calon besan.
Di sudut ruangan Kang Suto menatap mesra Sri. Orang-orang berdehem melihatnya. Sejenak kemudian Kang Suto pandangannya tertunduk. Butir-butir air matanya jatuh di pipinya.
"Kenapa menangis nak Suto, ....?" tanya calon mertuanya. Dia hanya menggelengkan kepala. "Apa karena Sri hanya seorang janda?" tanyanya melanjutkan.
"Bukan begitu, Pak!"
"Lalu kenapa?"
"Saya ingat almarhum bapak!"
Jkt, 171220
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H