Dengan berat hati aku harus menuruti permintaan para tetangga. Aku tidak mau hubungan kekerabatan di kompleks ini terganggu karena keegoisanku.
Malam hari sebelum besoknya aku harus menebang pohon kamboja kesukaanku, aku sengaja keluar malam. Aku ingin membuktikan omongan tetangga apa bener pohon kamboja di halaman rumahku menjadi sarang kuntilanak.
Tepat tengah malam aku keluar rumah berdiri di balkon. Bau harum khas bunga kamboja segera tercium olehku.
"Kamboja kesayanganku, maaf ya. Besok aku harus menebangmu", kataku lirih penuh penyasalan.
Entah kenapa kulihat daun-daun yang menghijau itu seakan mengerti kesedihanku. Mereka merunduk. Bunga-bunganya pun mengatup.
Tanganku meraih setangkai bunga. Kucium lembut sekali. Aku belai daun-daunnya yang bersedih dan membisu.
Tiba-tiba seorang perempuan tertawa terkekeh-kekeh. Aku mencari arah datangnya suara perempuan cantik itu.
"Kamu jangan mengalah sama tetangga-tetangga itu", katanya tegas sambil matanya melotot ke arahku.
"Aku tidak mau ribut dengan tetangga !"
"Kamu kasihan kepada tetangga tapi kamu tidak merasa iba kepadaku."