Pelor. Begitulah ungkapan untuk menggambarkan orang yang mudah sekali tertidur. Nempel langsung molor.
Sering kita lihat di dalam.angkutan umum, di kereta, di halte bahkan di pinggir rel yang gaduh orang begitu nyenyak tidur.Â
Di lain pihak banyak orang yang susah payah untuk sekedar sekejap saja memejamkan mata. Kadang ada yang harus minum obat untuk membantu bisa tidur sejenak.
Konon orang yang bisa tidur nyenyak menandakan yang bersangkutan kesehatan jiwanya sangat bagus alias bahagia hidupnya.Â
Lalu apa hubungannya antara kesehatan jiwa dengan peribahasa ?Â
Peribahasa Penuntun Jiwa
Mumpung ini bulan bahasa bahasannya kita kait-kaitkan dengan kekayaan bahasa Indonesia, salah satunya adalah peribahasa.
Pertama, ukur baju badan sendiri. Maknanya janganlah kita meniru-niru orang lain. Jadilah diri sendiri. Apa yang kita lihat membahagiakan orang lain belum tentu bisa membuat kita bahagia juga.
Sekedar contoh kecil. Ada wanita yang begitu nyaman memakai sepatu high hills. Kalau kita ikut-ikutan memakai ternyata malah menyiksa. Bisa jadi jatuh terjerembab pula.
Kedua, besar pasak daripada tiang.
Banyak orang rela mengeluarkan uang banyak untuk bisa tampil keren tanpa melihat kondisi keuangannya. Banyak orang yang memaksakan diri membeli sesuatu di luar kemampuannya.
Karena ingin dipuji seseorang rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk membeli sepeda padahal di rumah sudah ada sepeda yang masih bisa dipakai. Hanya ingin dianggap sekelas dengan komunitasnya.
Akibatnya kondisi keuangan keluarga menjadi terganggu. Kalau pengeluaran lebih besar daripada pendapatan alamat bakalan tidur tidak nyenyak.
Ketiga, panjang angan sepanjang jalan.
Menuruti keinginan tidak akan ada habisnya. Bahkan banyak yang dengan suka rela hatus berhutang hanya untuk menuruti keinginannya.
Makanya ikutin nasehat orang-orang tua, kalau mau hidup tenang belilah barang sesuai dengan kebutuhan. Sedapat mungkin hindarkan untuk berhutang.
Keempat, bagai pungguk merindukan bulan.
Untuk menyemangati hidup boleh mengikuti pepatah gantungkan cita-citamu setinghi langit. Tentu saja kita harus tetap berpijak di bumi.
Akan lebih baik bercita-cita secara terukur dan yang dapat ducapai daripada mempunyai cita-cita yang tidak mungkin bisa digapai. Jadi sebaiknya memperhatilan faktor pendukung yang kita miliki.
Jangan sampai menderita stres gara-gara tidak dapat mewujudkan angan-angan.
Terakhir, kelima peribahasa yang menggambarkan kesombongan hanya karena ingin mendapatkan sanjungan. Tong kosong nyaring bunyinya.
Berkata apa adanya lebih membuat hati damai daripada harus selalu berkata bohong dengan bahasa yang muluk-muluk. Akibatnya untuk menunjukkan seperti apa yang diucapkan terpaksa harus berperilaku pura-pura.
Kepura-puraan akan selalu membawa kegelisahan hati dan menjauhkan dari hati bahagia.
Jkt, 210120
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H