Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Inilah 7 Persoalan Keluarga yang Dapat Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Pelajar

19 Oktober 2020   21:07 Diperbarui: 19 Oktober 2020   21:17 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi siswa dari kalangan kelas atas tidaklah menjadi persoalan. Akan tetapi bagi kalangan kelas bawah persoalan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa para siswa.

Fenomena yang sering muncul adalah perasaan rendah diri, lemah semangat dan mudah menyerah. Lemahnya ekonomi keluarga apabila disikapi secara positif dapat menjadi daya dorong untuk maju. Tapi yang sering terjadi adalah penyikapan secara negatif sehingga timbul kepasrahan dengan keadaan.

2. Ketidakpedulian Orang Tua

Masih berkaitan dengan masalah ekonomi keluarga. Orang tua dari kalangan kelas bawah kadang berpandangan lebih baik memikirkan masalah ekonomi daripada pendidikan anak. Sehingga anak tidak sekolah pun tidak menjadi persoalan.

Akibatnya sudah bisa ditebak hal ini akan mempengaruhi mental anak menjadi malas belajar. Toh capek-capek belajar juga tidak akan menjadi apa-apa. Jadi sekolah ya asal sekolah. Sekolah bukan untuk mengejar prestasi.

3. Perbedaan Pandangan Orang Tua

Perbedaan pandangan orang tua dalam mendidik atau merencanakan masa depan anak sangat berpengaruh terhadap mental anak.

Seringkali antara ayah dan ibu terjadi perbedaan pilihan. Misal ayahnya pengin anaknya masuk SMA sedangkan ibunya menginginkan anaknya masuk SMK. Atau bapaknya maunya anaknya melanjutkan ke jurusan ekonomi sementara ibunya menginginkan anaknya masuk ke kedokteran. 

Hal-hal semacam ini akan membingungkan sang anak. Keinginan siapa yang harus diikuti. Belum lagi kalau anaknya mempunyai pilihan sendiri.

Saya pernah membimbing anak yang keinginannya berbeda dengan pandangan orang tuanya. Anaknya ingin masuk ke STM sementara orang tuanya maunya anaknya masuk ke SMA karena nantinya anaknya akan dimasukkan ke perguruan tinggi favorit.

Akibatnya anak ini dari kelas X sampai kelas XII belajarnya ogah-ogahan. Bangun selalu terlambat dan datang ke sekolah sering telat. Masing-masing bertahan pada pendiriannya. Akibatnya wali kelas dan guru BK yang jadi ekstra keras membimbing dan memberi pengertian kepada orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun